Listrik.WahanaNews.co | Fahmy Radi, Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mana menilai rencana pemerintah mengalihkan penggunaan elpiji tiga kilogram ke kompor induksi atau listrik sangat tepat sehingga perlu segera direalisasikan.
"Saya kira kalau itu memungkinkan migrasi dari elpiji ke kompor listrik sangat tepat sekali karena (kompor) listrik biaya per unitnya sesungguhnya lebih murah dibandingkan dengan elpiji," ujar Fahmy saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (22/6/2022).
Baca Juga:
Lembaga Pemeringkat Moody’s Pertahankan Rating Kredit Indonesia sebagai Negara Layak Tujuan Investasi dengan Outlook Stabil
Menurut dia, selama ini beban biaya yang harus dikeluarkan dari APBN sangat besar untuk impor elpiji serta untuk menanggung subsidi elpiji tiga kilogram yang sebagian besar tidak tepat sasaran.
"Beban pertama adalah pengeluaran devisa untuk impor elpiji, kedua adalah beban untuk memberikan subsidi melon tiga kilogram yang sebagian besar salah sasaran," ujar dia.
Meski dinilai tepat, menurut Fahmy, konversi elpiji ke kompor listrik bersifat terbatas karena kemungkinan hanya bisa menjangkau pelanggan listrik dengan daya minimal 1.300 VA.
Baca Juga:
Dialog Indonesia-Uni Eropa, Menkeu: Perkuat Kolaborasi dan Kerja Sama Multilateral
Karena itu, ia mengusulkan rencana konversi tersebut didukung dengan dua program lain yakni membangun jaringan pipa gas (jargas) untuk masyarakat yang tinggal di wilayah dekat sumber gas dan gasifikasi atau konversi batu bara menjadi produk gas.
Menurut dia, tiga program untuk mengalihkan subsidi elpiji melon tersebut bisa segera diimplementasikan secara bertahap.
"Sekarang waktunya harus migrasi ke tiga bauran tersebut, kompor listrik bukan satu-satunya tapi ada jaringan gas, ada juga gasifikasi," kata dia.