WahanaListrik.com | Sepuluh perusahaan di India telah mengajukan penawaran untuk proyek baterai listrik karena mereka akan mendapat insetif dari pemerintah.
Hal ini sebagai upaya untuk memotong biaya impor dan menyediakan baterai dengan harga bersaing.
Baca Juga:
Bahas Baterai Mobil Listrik, Menko Marves Sebut Eropa Tertinggal 6 Tahun dari China
Melansir dari Bloomberg, Minggu (16/1/2022) Reliance Industries, Hyundai Global Motors Co., dan Ola Electric Mobility Pvt. termasuk di antara 10 penawar yang mengajukan 181 miliar rupee atau setara US$2,4 miliar dalam program insentif tersebut.
Produsen mobil, Mahindra & Mahindra Ltd, Larsen & Toubro, dan produsen baterai Amara Raja dan Exide juga telah mengajukan penawaran tersebut.
"Program investasi ini yang akan meningkatkan manufaktur dalam negeri dan investasi asing langsung di negara ini," kata kementerian industri berat India dalam keterangan resmi.
Baca Juga:
Wih… Elon Musk Serius Borong Nikel Rp 75 T Dari RI!
Tahun lalu, pemerintah merampungkan program insentif demi mengincar investasi swasta dalam memproduksi baterai listrik sekaligus membangun rantai pasokan domestik untuk transportasi bersih dan penyimpanan energi terbarukan.
India ingin membangun total 50 gigawatt jam (Gwh) dengan kapasitas penyimpanan baterai selama lima tahun, yang diharapkan akan menarik investasi langsung sekitar US$6 miliar.
Untuk memenuhi syarat untuk insentif, perusahaan harus menyiapkan setidaknya 5 Gwh kapasitas penyimpanan dan memenuhi muatan lokal dalam ukuran tertentu.
Semuanya membutuhkan investasi minimum lebih dari US$850 juta.
Sepuluh perusahaan telah mengajukan penawaran dengan total sekitar 130 Gwh. India juga mendorong perusahaan global seperti Tesla Inc, Samsung, LG Energy, Northvolt dan Panasonic untuk berinvestasi.
Teknologi mobil bersih adalah bagian penting dari strategi India untuk mengurangi polusi di kota-kota besar dan mengurangi ketergantungan minyak.
Tetapi kendaraan listrik (EV) saat ini hanya menyumbang sebagian kecil dari total penjualan di negara ini terutama karena harganya yang mahal karena baterai diimpor.
Negara Asia Selatan ingin mobil listrik menyumbang 30% dari penjualan mobil pribadi pada tahun 2030 dan sepeda motor listrik dan skuter mencapai 40% dari penjualan tersebut.
Hal ini mendorong permintaan baterai yang saat ini berkontribusi sekitar 35% hingga 40% dari total kendaraan. [Tio]