WahanaListrik.com | Indonesia mengalami kerugian jika melakukan ekspor energi terbarukan (renewable energy) ke Singapura.
Pasalnya, energi terbarukan yang diekspor ke negeri tetangga itu, akan diklaim milik Singapura. Dan negara itu bisa mengklaim sudah mengurangi emisi karbon akibat adanya tambahan energi terbarukan yang diekspor dari Indonesia.
Baca Juga:
Tujuh Tahun Terakhir, Rasio Elektrifikasi PLN NTT Naik 34 Persen
Perlu kehati-hatian jika ingin mengekspor energi terbarukan ke Singapura.
Kalau jangka pendek okelah. Kalau jangka panjang, Indonesia membutuhkan banyak pasokan energi terbarukan dari energi surya ini.
Demikian pendapat disampaikan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Darnel Ibrahim dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Selasa sore (18/01/2022) di Jakarta.
Baca Juga:
Sambut HLN Ke-79, Donasi Insan PLN Terangi 3.725 Keluarga se-Indonesia
Bagi pria kelahiran Nagari Talang Maua, Guguak, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat ini, yang dia khawatirkan lokasi-lokasi yang murah untuk pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Batam, Kepulauan Riau sudah diambil/dimiliki oleh perusahaan yang akan ekspor listrik ke Singapura.
Nah nantinya, ketika Indonesia akan membangun pembangkit berbasis energi terbarukan, dikhawatirkan lokasinya sudah habis, tinggal yang mahal-mahal saja.
“Kita sudah keburu jualan sama dia (Singapura), padahal Batam sendiri perlu. Di seluruh tempat kan perlu energi terbarukan itu, seperti energi surya perlu dibangun di semua tempat. Nah tugas kita membuat energi terbarukan naik di negeri ini. Jangan sampai juga emisi karbon kita turun akibat diekspor energi terbarukannya,” ungkap Herman, yang pernah duduk di kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPR) dengan nada sedih dan prihatin.
Indonesia, lanjut Herman, punya cita-cita mencapai capaian energi terbarukan 25 Persen target energi terbarukan.
“Kita kan janji ke dunia untuk mencapai target 25 persen energi terbarukan. Kita harus bisa menunjukkan ke dunia bagaimana energi terbarukan itu bisa beremisi rendah. Sedangkan kalau kita kirim (ekspor), itu tidak masuk hitungan emisi karbon kita,” cetus Herman. [Tio]