WahanaListrik.com | Kurangnya infrastruktur jaringan dan tidak stabilnya pasokan listrik, terutama di daerah pedesaan, menjadi kendala utama yang menghambat investasi data center di Indonesia.
Tak mengherankan jika hingga pertengahan tahun 2021, mayoritas data center di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, khusunya Kota Jakarta.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Berdasarkan riset Savills Indonesia, Jabodetabek masih menjadi wilayah konsentrasi investasi data center, karena ketersediaan serat optik dan daya yang andal.
Namun, banyak operator sudah mulai memperluas lokasi mereka di luar Jabodetabek ke kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya, Bandung, Pekanbaru, dan Bali.
Menurut Head of Research Savills Indonesia, Anton Sitorus, Indonesia menargetkan dapat menguasai 40 persen dari ekonomi digital di ASEAN pada tahun 2025, diharapkan ke depannya bisa lebih banyak data center yang didirikan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Selain pertumbuhan ekonomi digital yang kian meningkat, permintaan untuk data center selaras dengan kebijakan baru dari pemerintah," ujar Anton.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2019, semua perusahaan, khususnya lembaga keuangan, diperlukan untuk menyimpan data pribadi di pusat data dalam negeri.
Selain itu, Bank sentral melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 juga menyatakan, semua bank dan lembaga keuangan lembaga harus memiliki mekanisme cadangan melalui Disaster Recovery Center (DRC).
DRC merupakan fasilitas yang memungkinkan perusahaan untuk memulihkan data dan melanjutkan operasi jika terjadi keadaan darurat.
Saat ini, operator pusat data utama di Indonesia berasal dari perusahan lokal dan operator internasional.
Diperkirakan pusat data pihak ketiga menyumbang 130 MW kapasitas daya di dalam negeri.
Pusat data pertama kali dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan untuk digunakan sendiri.
Namun, biaya modal besar yang dikeluarkan mendorong perusahaan untuk mencari opsi outsourcing.
Perusahaan outsourcing ini merupakan pusat data pihak ketiga yang menyediakan ruang dan manajemen khusus layanan, beralih ke model collocation untuk efisiensi dan keandalannya.
Di Indonesia, salah satu operator paling awal di sektor ini adalah Telkom.
Telkom memiliki anak perusahaan, Telkomsigma, pertama kali membuka pusat data pada tahun 1997.
Telkomsigma adalah penyedia pusat data pertama yang membangun fasilitas Tier III di Indonesia.
Mereka juga menjadi perusahaan pertama di ASEAN yang menerima sertifikasi Operasi Tier III.
Dari segi bangunan tingkatan, lanskap didominasi oleh Tier Pusat data III dan Tier IV dan V.
Sedangkan merujuk Klasifikasi Tingkat Uptime Institute, hanya dua data center di Indonesia telah menerima Sertifikasi Tier IV, yaitu JK2 dan fasilitas Telkomsigma Surabaya. [afs]