WahanaListrik.com | Rasio energi baru terbarukan (EBT) terus ditingkatkan dalam produksi listrik.
PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) pun menggenjot rasio cofiring di Unit Pembangkitan (UP) Paiton 1 dan 2.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Pelaksana Harian General Manager UP Paiton 1-2 Anggoro Hadi Novianto mengatakan, upaya peningkatan rasio EBT sebenarnya bukan hanya dari pembangunan pembangkit listrik energi alternatif.
Namun, penggunaan bahan baku alternatif di pembangkit existing juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan listrik yang lebih hijau.
“Kami adalah pelopor komersialisasi cofiring biomassa dengan menggunakan sawdust (serbuk kayu, Red). Karena itu, kami terus berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam bidang tersebut,” ujarnya dalam media tour, Jumat (4/2/2022).
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Sejak komersialisasi pada Juni 2020, UP Paiton 1-2 sudah mendekati target bauran 5 persen.
Pada akhir tahun lalu sudah mencapai 4,4 persen dari total kapasitas input pembangkit sebesar 275 ribu ton. Capaian itu jauh jika dibandingkan rasio biomassa pada 2020 yang hanya 0,41 persen.
Selama ini UP Paiton 1-2 mendapatkan bahan baku biomassa itu dari pengepul sawdust pohon sengon di wilayah Probolinggo, Bondowoso, Jember, dan Lumajang.
Namun, mereka juga terus berupaya mencari sumber lain.
Salah satunya, penanaman pohon kaliandra. Mereka sudah menanam 20 ribu pohon sebagai proyek percontohan.
Kalau proyek ini berhasil, kita bisa menciptakan ekosistem suplai chain untuk bahan bakar alternatif di PLTU,” tuturnya.
UP Paiton juga sedang meneliti penggunaan biomassa kayu di kisaran 20–50 persen.
Jika berhasil, Anggoro percaya bahwa pada masa depan dua pembangkit dengan kapasitas 2 x 400 megawatt (mw) itu bisa beroperasi menggunakan 100 persen biomassa sebelum 2035.
Dia mengatakan, itu merupakan cara yang paling jitu agar pemerintah bisa tetap memanfaatkan pembangkit yang beroperasi lebih dari dua dekade.
Pasalnya, megaproyek listrik 35 ribu mw diperkirakan rampung pada 2025.
Pada saat itu oversuplai listrik di Indonesia pasti memuncak. Alhasil, pembangkit yang tak terlalu efisien seperti UP Paiton 1-2 bakal diistirahatkan.
“Dengan mengganti sumber energi dari batu bara menjadi biomassa, seharusnya kami masih bisa beroperasi karena masuk kategori EBT,” paparnya. [Tio]