WahanaListrik.com | Komisaris PT PLN (Persero) Eko Sulistyo meluncurkan buku berjudul Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta.
Buku ini sekaligus juga membakar semangat PLN untuk melistriki atau mencapai rasio elektrifikasi 100 persen.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
Menurut Eko, dari konteks sejarah yang ada di mana pun, baik di kawasan Afrika, Eropa, di negara komunis maupun kapitalis, kota yang dialiri listrik itu akan menjadi kota yang secara ekonomi lebih maju ketimbang daerah yang tidak dialiri listrik.
"Ini yang memberi mandat bagi PLN untuk melistriki atau mencapai rasio elektrifikasi 100 persen. Supaya jangan sampai ada lubang dari daerah tertentu yang masih belum ada listriknya," tuturnya seusai acara diskusi dan bedah buku tersebut di Surabaya, Sabtu (15/1/2022).
PLN terus mengejar rasio elektrifikasi tersebut. Sebab, kehadiran listrik di suatu daerah itu pasti akan memberikan dampak yang cepat, baik dari sisi ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Musim Hujan, Masyarakat Diminta Hindari Berteduh Dekat Instalasi Listrik
Mengenai tantangan elektrifikasi 100 persen, Eko menyatakan PLN telah mencapai elektrifikasi sebesar 99,28 persen.
"Sisanya adalah daerah-daerah terpencil, terluar yang secara geografis mempunyai akses yang sulit," kata Eko.
Buku berjudul Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta ini juga bercerita tentang kehadiran listrik di tanah kolonial di Surakarta.
Eko mengaku menulis buku tersebut karena ingin listrik tidak hanya dipahami dari infrastruktur kerasnya. Misalnya soal jaringan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi), gardu induk, travo dan sebagainya.
Direksi PT PJB, Gong Matua Hasibuan menambahkan, dia menyambut baik diluncurkannya buku Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta.
Menurutnya, buku tersebut adalah buku pertama yang mencoba menjelaskan bisnis listrik. Selama ini, kata Gong, listrik konotasinya bisnis yang keras karena memakai mesin dan transmisinya tegangan tinggi.
"Ternyata ada bahasa yang lugas. Kami bisa menjelaskan kepada para pelanggan tentang apa yang kami hadapi selama ini," tuturnya. [Tio]