WahanaListrik.com | Selain Perum Perhutani, PLN menjalin kerja sama dengan PT Sang Hyang Seri (SHS) untuk pemenuhan kebutuhan biomassa dalam rangka mendukung program cofiring pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) demi meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT).
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang dilaksanakan di Kementerian BUMN pada Selasa (1/3/2022).
Baca Juga:
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
MoU antara Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dengan Direktur Utama SHS Maryono membahas tentang pemanfaatan limbah sekam padi menjadi produk pelet biomassa sebagai bahan bakar program cofiring PLTU milik PLN.
Sementara itu, PKS antara antara anak perusahaan PLN, PT Pembangkitan Jawa-Bali dan PT Indonesia Power dengan Perum Perhutani membahas tentang) penyediaan biomasa dari hutan tanaman energi (serbuk kayu) untuk PLTU Rembang dan PLTU Pelabuhan Ratu milik PLN.
Penandatanganan MoU dan PKS tersebut disaksikan langsung oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury.
Baca Juga:
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
Sinergi ketiga BUMN ini menjadi bukti komitmen Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 dalam mempercepat transisi energi hijau dan mendukung pencapaian target net zero emission pada 2060.
Pahala, mengapresiasi sinergi ketiga BUMN dalam meningkatkan bauran energi bersih untuk mendukung operasional pembangkit PLN.
“Khusus bentuk kerjasama antara PLN dengan Perhutani sudah menjadi sebuah kerjasama untuk melakukan supply agreement, dan pada saat ini akan dimanfaatkan di dua pembangkit dengan total penyediaan sebesar 25 ribu ton untuk biomassa pada tahap awal. Harapan kita nanti kedepannya, biomassa bisa menyediakan sampai 10 juta Ton dan ini kita harapkan bisa dilakukan dalam 5 sampai 7
tahun mendatang,” ujar Pahala.
Sinergi tiga BUMN ini merupakan percontohan yang harapannya di kemudian hari bisa mendorong semua pihak bisa saling bekerjasama dalam mencapai target pengurangan emisi karbon,” lanjutnya.
Menurut Pahala, kerja sama ini bisa memberikan sisi positif bagi ketiga BUMN dari sisi reveneu.
Selama ini sekam padi milik SHS menjadi waste, dengan adanya pemanfaatan sekam padi menjadi produk cofiring maka bisa menambah pendapatan perusahaan.
“Begitu pula di Perhutani, dengan kerja sama ini memperluas bidang Perhutani dalam pengelolaan hutan dan bisa meningkatkan pendapatan. Sedangkan dari sisi PLN juga bisa mengantongi penghematan dari sisi pengadaan bahan baku PLTU melalui program ini,” tambah Pahala.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN telah mencanangkan program transformasi dalam rangka peningkatan bauran EBT, salah satunya melalui program cofiring PLTU dengan mengurangi penggunaan batu bara dan mengganti sebagian kebutuhan bahan bakar pembangkit dengan biomassa.
“Cofiring pada PLTU merupakan salah satu upaya PLN untuk mendukung capaian target EBT sebesar 23 persen dalam bauran energi pada 2025 dan net zero emission pada tahun 2060,” kata Darmawan.
Darmawan mengungkapkan, kebutuhan biomassa cofiring untuk seluruh PLTU sebesar 10,2 juta ton per tahun pada 2025 dan tahun-tahun selanjutnya.
Pemenuhan kebutuhan biomassa bisa berasal dari limbah seperti pelet sekam padi sebagai produk dari Sang Hyang Seri maupun jenis tanaman energi yang akan dipasok oleh Perhutani.
Dengan dijalinnya kerja sama dapat mensukseskan program cofiring, utamanya dari sisi penyediaan biomassa dapat berjalan terus secara berkesinambungan dan industri biomassa berkembang di masa depan.
Tentunya dengan partisipasi dari Sang Hyang Seri maupun Perhutani berupa penambahan volume dan areal pasokan untuk kebutuhan cofiring PLTU PLN, di mana PLN selaku pemilik PLTU dalam hal ini siap menerima pasokan biomassa yang disediakan sesama BUMN.
Direktur Utama SHS Maryono mengungkapkan Sinergi BUMN yang disepakati hari ini merupakan proses bisnis baru baik bagi PLN maupun Perhutani dan Sang Hyang Seri, di mana diharapkan dukungan dari pihak pemerintah untuk kesuksesan program cofiring ini terutama dari sisi kebijakan dan regulasi terkait penyediaan biomassa.
Sumber energi biomassa yang berasal dari sekam padi berupa pelet sekam yang akan menjadi sumber bahan bakar sangat besar potensinya di mana jumlahnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan program pemerintah dalam produksi pertanian.
“Untuk itu, PT SHS berkomitmen untuk mendukung program energi baru terbarukan melalui pengembangan industri pelet sekam, karena SHS sendiri memiliki 14 pabrik beras yang tersebar hampir diseluruh Indonesia” papar dia.
Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menjelaskan, pasar energi merupakan terobosan pasar baru dalam bisnis kehutanan dan kepastian pasokan dalam jangka panjang merupakan faktor yang krusial dalam melayani pasar energi.
Sampai tahun 2021 telah dilakukan pengembangan hutan tanaman energi seluas 31.136 Ha yang tersebar di 15 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani.
Perhutani berkomitmen untuk mengembangkan industri biomassa yang kompetitif dan sustainable untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan dan memenuhi komitmen penurunan emisi karbon.
“Perhutani akan melanjutkan pembangunan hutan tanaman energi sesuai RJPP, membangung industri biomassa, melakukan sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan industri pengolahan (skema PHPL dan FSC), untuk memastikan sustainability pasokan biomassa dalam jangka panjang,” tuturnya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana berharap kerja sama ini baru awal dari pengembangan biomassa di Indonesia.
Ia mengapresiasi langkah sinergi BUMN sebagai proyek percontohan.
“Kami berharap ini bisa terus dilakukan dan skema yang dijalankan tiga BUMN ini bisa dipakai atau dicontoh bagi pihak lain untuk pengembangan Biomassa. Saat ini, melalui sinergi ini kita semua mampu menjawab kebutuhan cofiring di Jawa. Harapannya, skema yang sama juga bisa diterapkan di seluruh Indonesia,” ujar Dadan. [Tio]