WahanaListrik.com | Subsidi energi mencatat pembengkakan yang sangat besar. Hal ini karena kenaikan harga keekonomian dan bertambahnya jumlah konsumsi.
"Hingga akhir November 2022 realisasi subsidi energi sudah mencapai Rp 102,5 triliun. Angka itu membengkak naik 15,7% jika dibandingkan dengan realisasi subsidi energi di November 2020 sebesar Rp 88,6 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Desember, Selasa (21/12/2021).
Baca Juga:
Menteri Keuangan Dorong Kolaborasi Kemenkeu-OJK untuk Memajukan Indonesia
Dia mengatakan, kenaikan konsumsi barang-barang yang disubsidi pemerintah tentu menaikkan anggaran subsidi pemerintah karena harga yang meningkat. Jumlah subsidi naik, dari yang sebelumnya Rp 88,6 triliun tahun lalu, dan sekarang mencapai Rp102,5 triliun atau naik 15,7%.
"Rakyat terlindungi, namun APBN harus memikul bebannya," ungkapnya.
Sri mengatakan, memang dari sisi penyaluran subsidi energi mengalami kenaikan. Misalnya untuk BBM solar penyalurannya realisasi penyalurannya naik dari Oktober 2020 11,9 juta kilo liter (kl) menjadi 13,13 juta kl.
Baca Juga:
Sri Mulyani Minta Pemangkasan 50% Anggaran Perjalanan Dinas, Ini Instruksinya
"Kemudian untuk LPG tabung 3 kg penyalurannya naik dari 5.887,6 juta kg menjadi 6.176,9 juta kg. Lalu untuk jumlah pelanggan listrik subsidi listrik juga naik dari 36,83 juta pelanggan menjadi 38,1 juta pelanggan dan volume konsumsi listrik subsidi naik dari 50,83 Twh menjadi 52,2 Twh," jelas Sri.
Tak hanya subsidi energi, dari sisi subsidi non energi juga mengalami kenaikan, meskipun hanya tipis.
Realisasi hingga November 2021 mencapai Rp 61,9 triliun, naik 0,8% dari posisi November 2020 sebesar Rp 61,4 triliun.