WahanaListrik.com | Menteri BUMN Erick Thohir memberi kesempatan dan ruang bagi pihak swasta untuk masuk ke bisnis kendaraan listrik.
Hal ini sekaligus membuktikan bahwa BUMN tidak memonopoli bisnis kendaraaan listrik.
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
Pendirian PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) bukan monopoli BUMN terhadap ekosistem mobil listrik di Indonesia. Pemerintah memberikan kesempatan kepada swasta agar ambil bagian dalam ekosistem tersebut.
Harapan, BUMN dan swasta sama-sama berkontribusi bagi pertumbuhan makro ekonomi Indonesia.
"Percayalah kami tidak memonopoli. Karena itu kami beri kesempatan kepada swasta agar mengisi, tapi BUMN juga mengisi. Jangan sampai nanti ketika pasarnya berubah, harganya berubah," ujar Erick saat memberikan Orasi Ilmiah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (11/12/2021).
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
IBC merupakan konsorsium BUMN yang dibentuk untuk mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu ke hilir.
Holding itu terdiri dari Mining and Industry Indonesia atau MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk dengan masing-masing kepemilikan saham 25%.
Meski membuka peluang bagi swasta di sisi hilir, pemerintah perlu mengintervensi agar tidak terjadi monopoli pasar.
"Jangan sampai baterai ini dimonopoli, bahan bakunya kita, diproses ke luar negeri. Kita terima baterainya, baterainya lebih mahal dari mobilnya, padahal bahan baku dari kita. Jadi, saya sangat terbuka mengenai hilirisasi," katanya.
Adapun skema ekosistem kendaraan listrik di sisi hulu, ada PT Antam (Persero) Tbk, dan PT Vale Indonesia Tbk, (INCO) nantinya menyediakan nikel untuk baterai kendaraan listrik.
Lalu, proses produksi motor listrik, ada anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, GESITS. Untuk produksi ESS Baterai ada NIPRESS, di battery swap motor ada Ezyfast dan PT Pertamina (Persero), dan di charging station mobil ada Starvo dan PT PLN (Persero).
Sementara, perusahaan raksasa baterai listrik global, LG Energy Solution asal Korea Selatan (Korsel) dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) asal China, akan mengelola nikel menjadi baterai seperti HPAL, prekursor, katoda, battery cell & pak.
Sedangkan, produsen mobil listrik hingga saat ini baru Hyundai yang siap. [Tio]