WahanaListrik.com | PLN memperkirakan kebutuhan listrik nasional pada 2060 mencapai 1.800 terawatt jam (TWh).
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan setrum pelat merah membutuhkan investasi setidaknya Rp 9.000 triliun untuk membangun pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Pembangkit EBT menjadi andalan sebab ada target iklim dan net zero emission yang ingin dicapai 2060.
Sementara proyek 35.000 megawatt (MW) atau 35 GW hanya akan memberikan tambahan pasokan listrik sebesar 120 TWh, dan kebutuhan listrik nasional saat ini mencapai 300 TWh.
Artinya ada kekurangan sebesar 1.380 TWh untuk memenuhi kebutuhan 1.800 TWh pada 2060.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kekurangan 1.380 TWh tersebut membutuhkan pembangkit berkapasitas 230 GW.
"Dengan asumsi 1 megawatt (MW) US$ 2-3 juta maka kebutuhan dana untuk memenuhi penambahan 230 GW adalah sekitar US$ 500-600 miliar. Artinya ada penambahan investasi sekitar Rp 7.000-9.000 triliun sampai 2060," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (26/1/2022).
Sebelumnya, Kementerian ESDM memperkirakan kebutuhan investasi khusus untuk pembangkit EBT hingga 40 tahun ke depan mencapai US$ 1,04 triliun atau Rp 14.950 triliun.