WahanaListrik.com | PT PLN (Persero) terus berusaha menggenapi rasio elektrifikasi di desa-desa seluruh Indonesia hingga 100%. Termasuk desa di ujung wilayah Indonesia yang masuk dalam kategori terdepan, terpencil dan terluar.
Hingga September 2021, sebanyak 83.125 desa di seluruh Indonesia telah teraliri listrik.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Capaian ini mendorong rasio elektrifikasi mencapai 99,62%. Tentunya, capaian ini tak luput dari beragam kisah perjuangan untuk menyambung listrik, terutama desa yang jauh dari infrastruktur memadai di pelosok negeri ini.
Salah satunya adalah desa-desa yang ada di Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baru-baru ini, PLN telah membuka jaringan listrik di 2 desa terpencil di sana. Tak mudah bagi PLN untuk membawa listrik ke daerah tersebut.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Petugas PLN Unit Pelaksana Proyek Kelistrikan (UP2K) Flores, Bagus A Nugroho membagikan ceritanya saat akan melaksanakan komisioning test atau pengujian jaringan listrik di Desa Golo Ngawan dan Desa Golo Pari, Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur, Rabu (15/12/2021) lalu.
Kegiatan ini dilakukan untuk menguji suatu instalasi tenaga listrik yang masing-masing alatnya maupun sebagai suatu sistem, telah berfungsi dengan baik.
Adapun jarak dari kota di Ruteng ke Golo Ngawan dan Golo Pari kurang lebih 70 km dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Ia mengungkapkan kondisi jalan menuju desa-desa itu tidak mudah sehingga membutuhkan waktu tempuh yang lama.
Sebelum melakukan pengujian, lanjut Bagus, mula-mula petugas melakukan perabasan atau pemotongan ranting-ranting kecil yang dekat dengan kabel. Sebab banyak pohon belum dipangkas mendekati jaringan yang membuat proses pengujian instalasi listrik semakin lambat.
Selain melakukan pemeriksaan jaringan listrik desa, petugas juga memperhatikan keamanan dan keselamatan tenaga kerja di lapangan dengan memastikan personel sudah lengkap berkumpul.
Petugas juga memberikan informasi ke warga sekitar lokasi jaringan listrik agar tidak mendekat ke jaringan listrik apabila sudah bertegangan.
Kondisi medan yang sulit membuat petugas PLN memasang tiang-tiang listrik baru hingga sampai ke daerah tersebut secara manual. Dibutuhkan waktu setidaknya 3 hingga 4 bulan untuk bisa mengokohkan jajaran tiang agar listrik bisa tersambung dari jaringan terdekat.
"Kita pasang manual, paling tidak 5-10 orang untuk pasang tiang listrik ini. Lumayan berat memang," kata Bagus dalam keterangannya, Jumat (24/12/2021).
Setelah berbagai perjuangan tersebut, kini dua desa tersebut bisa merasakan listrik secara 24 jam penuh dari PLN. Mereka mendapat sambungan listrik gratis dari bantuan Pemerintah Daerah (Pemda) dan PLN.
"Saya mewakili teman-teman UP2K Flores mengucapkan terima kasih kepada PT Telaga Ende sebagai vendor pelaksana pekerjaan dan kepada masyarakat Desa Golo Ngawan dan Desa Golo Pari yang sudah merelakan tanamnya untuk dipotong demi kelancaran pekerjaan ini serta untuk semua pihak yang telah mendukung Kami sehingga pekerjaan dapat selesai tepat waktu," Kata Manager UP2K Flores, Simi Eduard Lapebesi.
Kisah lain juga diungkapkan Manager UP2K Kupang, R. Cahyo Gunadi dalam upaya menerangi Desa Kafelulang, Kecamatan Alor Barang Daya, Kabupaten Alor, NTT.
Akses jalan yang berbukit serta belum dilapisi aspal membuat tidak semua jenis kendaraan bisa mengantar material listrik. Sehingga untuk mengirim material listrik diperlukan kendaraan khusus.
Hanya kendaraan berpenggerak empat roda yang mampu menerabas medan tersebut. Masyarakat setempat menjuluki kendaraan tersebut Panser.
"Di sana itu, tiang kita kirim dari Kupang ke pulau Alor, trus kemudian transport ke lokasi desa terdekat untuk menuju lokasi itu kita harus menggunakan angkutan modifikasi yang masyarakat punya. Mereka menyebutnya kendaraan Panser, mereka modif, pasang peralatan yang membuat tiang kita itu bisa diikat di atasnya," ujar Cahyo dikutip dari detikcom.
Selain itu, lanjut Cahyo, kendala bagi para petugas dalam mengalirkan listrik hingga ke pelosok adalah faktor cuaca. Tentunya kondisi ini membuat jalanan licin, bahkan berlumpur sehingga semakin sulit untuk dilewati.
"Sarana prasarana di NTT itu yang kurang, jadi jalan yang masih tanah berbatu, sungai yang tidak ada jembatan itu banyak," tambah Cahyo.
Cahyo mengatakan pekerjaan yang dilakukannya bersama tim dalam melistriki pelosok desa memang berat. Namun, jerih payah itu seolah terbayarkan saat ia melihat kebahagiaan masyarakat yang mendapatkan listrik.
"Memang kalau dari sisi pekerjaan berat, tetapi yang menyenangkan bagi kami bagi petugas proyek listrik pedesaan itu adalah kalau kita sudah selesai dan melihat kebahagiaan mereka yang luar biasa. Kemarin begitu dinyalakan serentak, itu luar biasa menyenangkan kita," tandasnya. [Tio]