WahanaListrik.com | Pembelajaran daring atau kuliah online sudah diberlakukan sejak tahun 2020.
Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengikutinya. Salah satunya adalah mahasiswa yang berada di Kecamatan Hibala, Kabupaten Nias Selatan.
Baca Juga:
Hadir Pada General Annual Meeting di Dakar Senegal Tahun 2014, Awal Bergabungnya ALPERKLINAS Ke FISUEL International
Mahasiswa yang berada di Kecamatan Hibala Khususnya Desa Baruyu dan Lumbui mengalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring karena terkendala sinyal dan daya listrik.
Salah satu orangtua mahasiswa yang bernama Samotokhi Gaho berharap pemerintah bisa memperhatikan PLN Hibala.
“Anak saya kuliah daringnya sampai jam 10 malam, cobaan paling utama adalah sinyal dan listrik yang sering padam, kadang jam 7 atau jam 8 sudah mati secara mendadak, PLN hibala ini semakin tidak jelas, kita tanya ke pihak pegawai PLN alasannya ada kerusakan mesin, kadang tali listriknya terputus dan masih banyak alasan lain, apakah benar begitu,” kata Samotokhi kesal.
Baca Juga:
Dukung Sektor Pariwisata, PLN Distribusi Jakarta Listriki Hotel Travello
“Selain itu mahasiswa/mahasiswi luar desa, misalnya dari Lumbui, mereka nyari sinyal sampai ke ujung pasir atau ke Baruyu atau Sialema. Intinya sinyal dan listrik hibala benar-benar parah. Kami berharap pemerintah Nias Selatan khususnya pihak PLN Pusat bisa membaca keluhan ini,” imbuh Samotokhi lagi.
Selain itu, seorang mahasiswa yang tidak mau disebut namanya mengatakan semenjak pandemi, pembelajaran daring menjadi tidak efektif.
“Kita dari desa jauh, seperti Lumbui agak kewalahan nyari sinyal/jaringan. Untuk pembelajaran yang urgent seperti menggunakan google meet, zoom dan lainnya itu agak susah dan juga pembelajaran dari dosen tidak sepenuhnya kita dapat. Misalkan dalam ruang kelas juga kita dapatnya paling 50%, apalagi dengan situasi daring seperti saat ini kita hanya mendengarkan teori yang diberikan, padahal kita juga butuh praktik tidak hanya teori saja,” ujar mahasiswa itu.