Listrik.WahanaNews.co | Upaya PLN dalam menjaga pasokan listrik di seluruh wilayah Indonesia mendapat apresiasi banyak pihak.
Termasuk, Komisi VI DPR RI yang mengapresiasi PLN karena telah menjaga pasokan listrik di Aceh dalam kondisi aman.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Saat ini daya mampu listrik di Aceh sebesar 669 megawatt (MW) dengan beban puncak tertinggi di 2022 sebesar 445 MW, terdapat surplus daya sekitar 224 MW untuk mendukung kebutuhan listrik di Aceh.
Pasokan tersebut salah satunya disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya dengan kapasitas 2x100 MW dan PLTMG Arun dengan daya 430 MW.
Anggota Komisi VI DPR RI Muslim mengapresiasi PLN dalam menjaga keandalan listrik di Aceh.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Hal itu disampaikan dalam kunjungan kerja reses Komisi VI yang dilaksanakan di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh.
“Saya berterima kasih kepada PLN yang telah sangat baik melayani masyarakat Aceh khususnya di bulan Ramadan lalu yang tanpa padam,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Muslim juga mempertanyakan adanya anggapan jika listrik Aceh defisit, sehingga harus dipasok dari Sumatera Utara.
"Apa benar demikian?" tanya Amin.
Direktur Regional Sumatera dan Kalimantan PLN Adi Lumakso menegaskan, sistem kelistrikan Pulau Sumatera telah terintegrasi dari Aceh hingga Lampung.
“Secara sistem tidak ada defisit listrik di subsistem Aceh, dengan sumber PLTU Nagan 2X100 MW dan PLTMG Arun 430 MW sedang beban puncak di Aceh hanya 445 MW yang terkoneksi dengan sistem besar di grid Sumatera, sehingga transfer listrik dari Sumut ke Aceh atau Aceh ke Sumut sesuai dengan kondisi sistem,” ujar Adi Lumakso.
Ia juga menjelaskan sistem kelistrikan Sumatera sampai dengan Juli ialah daya mampu sebesar 8.638 MW dengan beban puncak 6.378 MW. Sehingga, terdapat cadangan sebesar 2.260 MW.
Sementara itu, untuk sistem kelistrikan Kalimantan sampai dengan Juli ialah mempunyai daya mampu sebesar 2.784 MW dan beban puncak 1.650 MW. Sehingga, terdapat cadangan sebesar 1.134 MW.
Adi menambahkan, berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 terdapat rencana penambahan pembangkit di Sumatera dengan total kapasitas 9.758 MW dan di Kalimantan sebesar 2.803 MW.
“Dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan 7,4 persen, didapatkan rata-rata reserve margin Sumatera sebesar 45,7 persen dan Kalimantan sebesar 32 persen. Sehingga sistem Sumatera-Bangka dan Kalimantan masih surplus atau oversupply hingga tahun 2030,” terangnya.
Terkait dengan rasio desa berlistrik (RDB) PLN, sampai dengan Juni 2022 untuk regional Sumatera-Kalimantan sebesar 95,69 persen, di mana Sumatera sebesar 99,5 persen dan Kalimantan sebesar 82,32 persen.
“Khusus di Aceh, rasio desa berlistrik telah mencapai 100 persen. Sementara untuk rasio elektrifikasi Aceh sebesar 99,96 persen,” tutup Adi. [Tio]