WahanaListrik.com | Sejumlah pegawai PT Pertamina (Persero) yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu atau FSPPB mengancam bakal mogok kerja selama 10 hari, dari 29 Desember 2021 sampai 7 Januari 2022.
Sedikitnya terdapat lima alasan untuk mogok kerja.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Salah satunya karena diabaikannya tuntutan mereka kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengganti pimpinan atau Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dengan sosok yang lebih baik.
Alasan ini disampaikan dalam surat pemberitahuan mogok kerja tertanggal 17 Desember 2021 yang diteken Presiden FSPPB Arie Gumilar dan Sekretaris Jenderakl Sutrisno.
Meski demikian, Arie belum merinci berapa banyak anggota federasi yang bakal ikut aksi mogok kerja ini.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
"Nanti akan disampaikan juru bicara federasi," kata Arie saat dihubungi, Senin (20/12/2021).
Sebelumnya, federasi sudah menyampaikan dua surat tertanggal 10 Desember kepada dua pihak.
Pertama, mereka bersurat ke Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan melaporkan ketidakharmonisan hubungan industrial di Pertamina.
Kedua, mereka mengajukan surat kepada Erick Thohir terkait permohonan pencopotan Nicke.
Dalam surat tersebut, federasi menganggap Nicke telah gagal membangun hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan di tubuh Pertamina.
Demikianlah sampai akhirnya terbit surat pemberitahuan mogok kerja pada 17 Desember ini.
Surat tersebut ditujukan kepada Nicke dan Menteri Ida.
Selain itu, ada juga tembusan surat kepada beberapa pihak seperti Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan beberapa pihak lainnya.
"Baru Menteri BUMN yang sudah (dikirim), ESDM dan Keuangan besok," kata Arie.
Adapun empat alasan dan sebab lainnya sehingga dilakukan mogok kerja, yaitu sebgai berikut:
Tidak tercapainya kesepakatan untuk melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) di Pertamina, antara pengusaha dan pekerja yang diwakili FSPPB
Pengusaha dan pekerja yang diwakili FSPPB gagal melalukan perundingan
Tidak adanya itikad baik dari direktur utama untuk membangun industrial peace atau hubungan kerja yang hamonis, dinamis, dan berkeadilan
Tidak diindahkannya berbagai upaya damai yang sudah ditempuh FSPPB
Lalu dalam surat tersebut, Arie menyampaikan mogok kerja ini akan diikuti ole pekerja Pertamina yang menjadi anggota FSPPB. Baik yang ada di holding maupun subholding. Mogok pun akan diperpanjang sampai dengan dipenuhinya tuntutan FSPPB sesuai surat pada 10 Desember tersebut.
Sebaliknya, mogok dalam dihentikan lebih cepat kalau permintaan mereka telah dipenuhi.
Selain itu, mogok juga bakal dihentikan kalau perusahaan bersedia melakukan perundingan dengan syarat-syarat yang pernah mereka sampaikan kepada Direktur SDM Pertamina pada agenda pra perundingan PKB yang berlangsung di Cirebon, Jawa Barat, pada 8 sampai 10 Desember 2021.
Seperti yang diberitakan Tempo mengkonfirmasi surat dari FSPPB pada 10 Desember tersebut kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi dan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga. Tapi hingga berita ini diturunkan, keduanya belum memberikan respons.
Sementara itu, Merespons rencana mogok tersebut, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyebut manajemen Pertamina terbuka untuk melakukan dialog dengan pekerja, termasuk Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB).
"Sesuai aturan hubungan industrial yang berlaku," kata dia.
Dalam menjalankan bisnis dan operasional perusahaan, kata Fajriyah, Pertamina memastikan bahwa semua langkah yang diambil sesuai dengan regulasi dan ketentuan yang ada.
Lalu, sebagai salah satu pengelola Object Vital Nasional (Obvitnas), Pertamina juga terus memastikan keamanan dan kondusifitas lokasi kerja agar kegiatan operasional perusahaan tetap dapat berjalan baik.
Berikutnya, Fajriyah menyebut Pertamina juga berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menjalankan penugasan Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan BBM dan LPG hingga ke pelosok wilayah 3T.
Dengan begitu, masyarakat terus dapat beraktivitas dan roda perekonomian nasional terus bergerak.
Terakhir, Fajriyah menyebut manajemen dan pekerja Pertamina akan tetap fokus untuk bekerja dan melakukan inovasi untuk menghadapi tantangan ke depan.
"Untuk menjadi global energy champion US$ 100 miliar market value," kata dia. [Tio]