WahanaListrik.com | Pada Oktober 2021 lalu negeri tetangga Singapura tengah mengalami krisis energi, terutama karena kesulitan pasokan gas di tengah lonjakan permintaan global dan lonjakan harga gas global.
Bahkan, adanya gangguan impor gas dari Indonesia disebut menjadi salah satu biang keladinya.
Baca Juga:
Peluncuran Program Trade-in LPG 3 Kg ke LPG 5 Kg oleh Pemkot Tarakan
Pasalnya, hampir 60% pasokan gas Singapura berasal dari Indonesia.
Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.
Sementara ekspor gas RI ke Singapura, tercatat minimal sekitar 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Baca Juga:
Daftar Lewat Aplikasi, Beli Gas Elpiji 3 Kg Wajib Pakai KTP
Ini artinya, begitu besar ketergantungan Singapura pada sumber gas Indonesia.
Namun, tak hanya itu, Singapura sebentar lagi juga akan bergantung pada sumber pasokan listrik dari Indonesia.
Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) terkait kerja sama di bidang energi, salah satunya terkait ekspor listrik dari RI ke Singapura, antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura pada 21 Januari 2022 lalu.
Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng.
Penandatanganan MoU Kerja Sama Energi ini menjadi salah satu poin yang disampaikan (deliverables) pada pertemuan Leaders' Retreat antara Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada Selasa, 25 Januari 2022 di Bintan.
Arifin menyebutkan, MoU kerja sama bidang energi tersebut akan memayungi sejumlah area, termasuk di antaranya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan hidrogen, interkoneksi listrik lintas batas dan jaringan listrik regional, perdagangan energi, pembiayaan proyek energi, dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Tak tanggung-tanggung, Singapura mengharapkan bisa mengimpor listrik hingga 1.200 Mega Watt (MW) atau 1,2 Giga Watt (GW) pada 2027 mendatang.
Untuk tahap awal, diharapkan 600 MW listrik sudah bisa diimpor dari RI pada 2025.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari, seperti yang diberitakan CNBC Indonesia, Senin (7/2/2022).
"Bukan target dari Kementerian ESDM, tapi target yang akan dibutuhkan oleh Singapura. Bahwa untuk tahap pertama, apabila menggunakan HVAC transfer 600 Mega Watt bisa mulai digunakan 2025. Apabila HVDC dengan kapasitas lebih besar akan dilakukan di tahun 2027," terang Ida.
Namun demikian, menurutnya rencana itu tergantung atas kajian dari badan usaha seperti PT PLN (Persero), apakah bisa memenuhi kebutuhan listrik Singapura tersebut.
Yang jelas, untuk infrastrukturnya sendiri, pemerintah juga sedang menyiapkan jaringan transmisi sambungan listrik seperti alur pipa dan jaringan kabel bawah laut, yang mana jaringan tersebut akan menggunakan loading station sesuai yang tertuang dalam Keputusan Menteri Nomor 12 tahun 2021.
Dia pun mengatakan, sumber energi untuk ekspor listrik ke Singapura ini berasal dari energi baru terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Kemudian berkenaan hal tersebut, PLTS sebagian besar di Barat Batam. Timur. sehingga perlu ada tambahan investasi. Alternatif di Barat Batam sehingga mempermudah transmisi," ungkapnya.
Perlu diketahui, pada 25 Oktober 2021 Menteri ESDM menyaksikan penandatanganan dua Joint Development Agreement (JDA) di bidang pengembangan PLTS antara entitas bisnis Indonesia dan Singapura, yaitu JDA antara PT Trisurya Mitra Bersama (Suryagen) - PLN Batam dan Sembcorp Industries, dan JDA antara Medco Power Energy dengan Gallant Venture dan PacificLight Energy.
JDA ini akan memayungi rencana ekspor tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS di Indonesia ke Singapura menggunakan teknologi transmisi kabel laut HVAC.
Sebelumnya, Pemerintah Singapura merilis rencana untuk mengimpor lebih dari 4 Giga Watt (GW) listrik dari luar negaranya atau 30% dari penggunaan domestiknya hingga 2035. Hal itu untuk mendiversifikasi pasokan dan meningkatkan ketahanan energi.
Dalam uji coba pertamanya, negara kota itu akan mengimpor 100 Mega Watt (MW) listrik dari Malaysia dan juga 100 MW listrik tenaga surya dari Pulau Bulan, Indonesia.
"Uji coba ini memungkinkan kami untuk mempelajari dan meningkatkan sistem dan proses kami saat kami meningkatkan impor," kata Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura Gan Kim Yong dalam pidatonya di acara Singapore International Energy Week sebagaimana dikutip Reuters, Senin (25/10/2021).
"Kami juga akan mengimpor berbagai jenis energi rendah karbon dari berbagai belahan dunia untuk mendiversifikasi sumber kami dan meningkatkan keamanan energi," lanjutnya. [Tio]