WahanaListrik.com | Rencana Pemerintah menaikkan tarif listrik pada 2022 di hampir semua golongan, dikritisi anggota Dewan Pakar Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono.
Menurutnya, kenaikan tarif listrik sangat tidak masuk akal dan membebani masyarakat.
Baca Juga:
Siap Bertarung di Pilkada Serentak 2024, 19 Caleg Terpilih DPR RI Mengundurkan Diri
Menurut Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini, kenaikan tarif listrik juga akan berdampak pada multiplier effect ekonomi yang luar biasa besar di dunia usaha yang akhir-akhir ini mengalami kesulitan karena pandemi Covid-19 serta penurunan daya beli masyarakat.
Bambang menegaskan, Indonesia memiliki sumber energi listrik dan energi alternatif yang sangat besar dan melimpah.
Contohnya batu bara yang saat ini digunakan sendiri dan bahkan diekspor jauh lebih besar dari pada penggunaannya didalam negeri, seperti ke Vietnam dan China.
Baca Juga:
Lolos ke Senayan di Pemilu 2024, Hinca Pandjaitan Sampaikan Terimakasih
"Tetapi justru tarif listrik di Vietnam dan China lebih rendah dari Indonesia yaitu 8,2 sen/kwh dan 8,6 sen/kwh," ujar Bambang dikutip dalam keterangannya, Senin 10 Januari 2022.
Indonesia, lanjutnya, juga penghasil minyak bumi dan gas yang terbesar di Asia Tenggara, penghasil kelapa sawit terbesar di dunia bisa menjadi sumber energi alternatif.
"Termasuk adanya ribuan air terjun dari sekitar 250 gunung yang ada di Indonesia merupakan sumber air nomor 5 terbesar di dunia," kata BHS, akrabnya disapa.
Selain itu, lanjut alumnus Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini, sumber energi panas bumi (Geothermal) yang merupakan terbesar di dunia karena sekitar 50 persen energi panas bumi dunia ada di Indonesia dan juga masih memiliki bahan baku energi nuklir yaitu uranium yang sangat melimpah di Indonesia.
"Juga energi alternatif sinar matahari yang sangat terik selama 12 jam perhari, merupakan energi alternatif yang sangat potensial untuk menghasilkan listrik di Indonesia," ucap BHS.
Untuk itu, lanjut dia, seharusnya tarif listrik di Indonesia harus sangat murah dan bahkan mendekati nol rupiah seperti halnya negara-negara penghasil sumber energi listrik dan energi alternatif.
"Seperti Sudan 0,2 sen/kwh (merupakan negara penghasil hanya minyak terbesar nomor 3 di Dunia), Iran 0,4 sen/kwh (hanya penghasil minyak terbesar nomor 4 di Dunia), Suriname 1,5 sen/kwh (hanya penghasil minyak), Burma 3,4 sen/kwh (menggunakan PLTA), Kazakhtan 4,1 sen/kwh (menggunakan batu bara), Arab 4,8 sen/kwh (hanya menggunakan minyak), Malaysia 5,2 sen/kwh (dengan bahan baku energi air), Laos 4,7 sen/kwh(menggunakan PLTA) data dari global princes.com," paparnya.
Sedangkan di Indonesia, BHS menuturkan, yang mempunyai sumber energi listrik berbagai macam dan terbesar tarif listriknya sebesar 11,0 sen/kwh.
"Seharusnya PLN sudah mendapatkan keuntungan yang sangat besar bila bisa memanfaatkan sumber energi bersama sama dengan pemerintah," kata BHS.
Kendati begitu, kata Ketua Dewan Penasehat Partai Gerindra Jawa Timur ini, yang ada di masyarakat harga listrik dengan perbandingan penggunaan peralatan kelistrikan yang ada di rumah tangga di Indonesia dibanding dengan Jepang biayanya adalah di Indonesia jauh lebih besar dari biaya listrik masyarakat di Jepang.
Padahal, dia membandingkan, di Jepang tarif listrik adalah 24,8 sen/kwh karena tidak memiliki sumber energi listrik. Bahkan Jepang membeli gas dari Indonesia.
Maka dari itu, dia menduga harga listrik di Indonesia 2 kali lipat lebih besar di banding dengan di Jepang.
"Sebagai contoh perbandingan penggunaan listrik di Indonesia dan Jepang yang menggunakan 2 AC (alat pendingin) dalam rumah tangga yaitu di Indonesia biayanya sebesar Rp 600.000/bulan jauh lebih mahal daripada penggunaan 2 AC di Jepang yang beroperasi 24 jam penuh di musim panas (Summer) biayanya 2.126 Yen atau sekitar 267ribu rupiah (data tagihan pada April 2021 terlampir)," ungkap Bambang Haryo.
Dengan adanya ini, tambah Bambang Haryo, PLN diduga melakukan pembohongan publik di mana tarif PLN yang disampaikan 11,0 sen/kwh diduga adalah sekitar 2 kali lipat dari harga di Jepang yaitu 24,8 sen/kwh.
"Sehingga di Indonesia diduga masyarakat mendapatkan harga sebesar di atas 50 sen/kwh dan ini merupakan tarif yang termahal di seluruh dunia," kata dia. [Tio]