Sayangnya, tren tersebut tak bertahan lama. Saham INDY terkoreksi 4,8% pada perdagangan hari ini (25/1/2022), dan ditutup di level Rp 1.885 per saham.
Meski ditutup melemah. secara Year to Date (YTD), saham INDY masih berada di zona hijau setelah menguat 22,01%.
Baca Juga:
Akademisi Sebut Munaslub Kadin Sarat Kepentingan Politik, Ini Alasannya
Saat ini, sektor batu bara memang masih menjadi tumpuan pendapatan INDY yang menopang lebih dari 80%. Sedangkan sisanya berasal dari sektor non-batu bara.
INDY menargetkan kenaikan pendapatan dari sektor non-batu bara hingga 50% pada tahun 2025.
"Kami juga bertujuan untuk mengembangkan proyek-proyek diversifikasi termasuk di bidang pertambangan emas, kendaraan listrik, solusi berbasis alam, serta energi baru dan terbarukan," sambung Ricky.
Baca Juga:
Diduga Dikeroyok, Stafsus Ketum Kadin Lapor ke Polisi
Meski begitu, INDY tetap berfokus pada bisnis batubaranya saat ini.
Ricky mengatakan, INDY memasang target produksi sebesar 34 juta ton untuk Kideco Jaya Agung dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) sebesar 1,8 juta ton. Alhasil, jumlah target produksi INDY tahun ini mencapai 35,8 juta ton.
Di sisi lain, Kideco pun telah mendapatkan relaksasi untuk kembali melakukan ekspor batu bara. "Penghitungan volume ekspor pada Januari 2022 saat ini masih berjalan," tandas Ricky.