Juga Boeing menginvestasikan YS$ 450 juta di Wisk Aero, perusahaan yang membangun pesawat penumpang serba listrik, otonom. Serta Airbus telah mengerjakan upaya penerbangan listriknya.
Tapi ada beberapa masalah menurut pakar industri pada penerbangan dengan listrik. Yaitu masalah baterai.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
"Kendalanya adalah teknologi baterai seperti pada mobil, tetapi lebih pada pesawat terbang. Ini karena dengan pesawat terbang, yang menjadi perhatian adalah bobotnya. Begitu kami memiliki teknologi baterai yang lebih baik, yang saya duga dalam dua atau tiga tahun, saat itulah semua pesawat listrik ini akhirnya akan datang," kata CEO Aero Consulting Experts Ross Aimer.
Saat ini, 12 Alice telah dipesan oleh perusahaan pelayaran internasional DHL dan ditargetkan akan dikirimkan pada tahun 2024.
Pesawat-pesawat ini, dari armada global DHL Express yang berjumlah lebih dari 280 pesawat, akan digunakan sebagai pengangkut kargo yang melakukan perjalanan jarak pendek.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
"Aspirasi kami adalah untuk memberikan kontribusi substansial dalam mengurangi jejak karbon kami dan kemajuan dalam armada dan teknologi ini akan sangat membantu dalam mencapai pengurangan karbon lebih lanjut," kata Mike Parra, CEO DHL Express America.
Armada Alices yang diusulkan CapeAir diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2023 pada rute yang menghubungkan Boston, Martha's Vineyard, Nantucket dan Hyannis. [Tio]