WahanaListrik.com | Invasi Rusia di Ukraina bakal bikin harga mobil listrik meroket.
Pasalnya harga nikel melonjak tinggi belakangan ini.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Buka Suara, Soal Tudingan AS Ada Kerja Paksa di Industri Nikel RI
Dilaporkan CNBC, London Metal Exchange telah menunda perdagangan nikel baru-baru akibatnya lonjakan harga.
Diketahui lonjakan harga mencapai USD100.000 atau mencapai Rp 1,4 miliar per ton.
Kenaikan disebutkan mencapai 67,2 persen dibanding harga sebelumnya. Perubahan harga itu membuat kontrak perdagangan nikel yang telah terjadi selama tiga bulan otomatis harus mengalami revisi.
Baca Juga:
Balai Kemenperin di Makassar Dukung Pemerataan Ekonomi Wilayah Timur
Tidak hanya penundaan, kenaikan nikel yang mendadak itu akan berimbas pada harga mobil listrik. Naiknya harga nikel otomatis akan membuat mobil-mobil hijau segera mengalami kenaikan harga.
Lembaga analis otomotif Morgan Stanley mengatakan kenaikan harga nikel akan membuat biaya produksi mobil listrik bertambah USD1.000 atau Rp14,2 juta per unit.
"Keuntungan yang didapatkan oleh pabrikan dan tingkat adopsi mobil listrik dipastikan menurun akibat kenaikan harga nikel," ungkap Adam Jonas analis dari Morgan Stanley.
Sementara The Wall Street Journal mencatat Rusia menyumbang 5-6% dari pasokan nikel dunia dan sementara ekspor nikel belum ditargetkan secara langsung oleh sanksi.
“Perusahaan pelayaran dan pedagang enggan berurusan dengan sumber daya negara,” ungkap The Wall Street Journal.
Namun, itu bukan satu-satunya masalah karena Rusia bertanggung jawab atas 17% produksi nikel dengan kemurnian tinggi dan itu sangat penting untuk kendaraan listrik.
Kekhawatiran tentang nikel ada sebelum perang dan CNBC mencatat beberapa analis memperingatkan bahwa permintaan global untuk nikel bermutu tinggi dapat melampaui pasokan pada tahun 2024.
Situasinya menjadi jauh lebih buruk sejak peringatan itu musim gugur yang lalu, tetapi ada alternatif seperti baterai lithium besi fosfat yang tidak menggunakan nikel atau kobalt di katodanya.
Namun, ada pengorbanan termasuk kepadatan energi yang lebih rendah.
Carscoops menyebutkan saat ini memang tinggal menunggu keputusan dari pabrikan mobil listrik untuk menaikkah harga.
Jika mereka melakukannya, konsumen kemungkinan akan terjebak membayar lebih untuk mobil listrik. [Tio]