"Durasi gangguan sebelumnya 1.000 menit per pelanggan, kami berhasil turunkan menjadi hanya 600 menit per pelanggan," kata Darmawan.
Selanjutnya, PLN membukukan total penjualan listrik sebesar 243 terawatt jam (TWh) pada 2020. Jumlah tersebut lebih tinggi dari target awal yang hanya sebesar 238 TWh hingga 239 TWh.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sementara itu, penjualan listrik PLN naik menjadi 257 TWh pada 2021. Realisasi itu juga lebih tinggi dari target awal yang sebesar 249 TWh.
Peningkatan penjualan listrik selama tahun 2020, membuat PLN berhasil melunasi utang sebesar Rp51 triliun selama periode 2020-2021.
"Dengan bangga kami umumkan, PLN mampu melakukan upaya pelunasan utang yang dipercepat, yaitu Rp 30,8 triliun pada 2020 dan Rp 21,7 triliun pada 2021.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Kemudian rasio keuangan utama meningkat, cash flow operasi lebih tinggi, EBITDA dan EBITDA margin membaik, interest-bearing debt kami menurun, di sini kami memahami ada dampak selisih kurs tapi kami kendalikan sehingga laba bersih meningkat," urainya.
Adapun pengurangan utang tersebut terdiri dari pokok utang tersebut maupun bunganya. Dengan pembayaran lebih awal ini, disebutkan biaya operasi PLN turun hingga Rp 5 triliun sampai September 2021.
"Biaya operasional kami turun Rp 5 triliun pada beban keuangan sampai September 2021," tambahnya.