Seruan untuk pengunduran diri Rajapaksa datang ketika Sri Lanka berjuang dengan kemerosotan ekonomi yang dipicu oleh krisis valuta asing yang membuat pemerintah tidak mampu membayar impor bahan bakar, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Kekurangan bahan bakar telah mengakibatkan pemadaman listrik hingga 13 jam setiap hari, dan beberapa rumah sakit milik pemerintah menangguhkan operasi rutin.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
Sri Lanka telah beralih ke Dana Moneter Internasional untuk bailout dan juga mencari bantuan keuangan dari China dan India.
Beijing dan New Delhi dilaporkan masing-masing mempertimbangkan untuk menawarkan fasilitas kredit senilai USD1,5 miliar, di atas pinjaman senilai miliaran dolar yang diminta oleh pemerintah Rajapaksa.
Protes pada hari Kamis adalah yang terbaru dari serangkaian demonstrasi malam di pinggiran kota Colombo.
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Itu dimulai dengan damai, di mana ratusan orang berkumpul di beberapa jalan jauhnya dari kediaman Rajapaksa.
“Kami datang untuk memprotes biaya hidup yang tak tertahankan, kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik,” kata Ajith Perera (26), yang berbicara kepada Al Jazeera sebelum polisi menindak.
“Keputusan datang ke rumah presiden ini spontan. Kami ingin presiden, yang telah menyebabkan begitu banyak kehancuran, pulang.”