Dalam peta jalan energi baru terbarukan Indonesia, dari total kapasitas setrum bersih sebesar 587 gigawatt (GW) pada 2060, dari tenaga surya menduduki posisi pertama dengan kapasitas sebesar 361 GW.
Diikuti oleh battery energy storage systems (BESS) sebesar 140 GW dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 83 GW.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Direktur Pelaksana dan Kepala Global dari ESG Aniket Shah mengatakan Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan teknologi yang ada untuk melakukan upaya dekarbonisasi jika pembiayaan itu tersedia.
"Ini adalah investasi yang multijuta dolar AS, investor maupun lembaga multinasional harus menyediakan pembiayaan tersebut. Rencana ini harus diimplementasikan melalui kebijakan pemerintah maupun permodalan dari sisi domestik maupun internasional," terang Aniket yang juga menjabat sebagai Penelitian Keberlanjutan di Jefferies Group LLC.
Lebih lanjut, Aniket mengungkapkan bahwa selama 15 tahun terakhir telah terjadi peningkatan signifikan investasi global yang diarahkan kepada proyek-proyek environmental, social, and corporate governance (ESG) dari sebelumnya nol dan sekarang telah menjadi 100 triliun dolar AS.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Menurutnya, konsep penanaman modal ini sejajar dengan prinsip PBB untuk investasi yang bertanggung jawab. [Tio]