Kerja dan terus bekerja, Suheriyatna pun terus meyakinkan Kepala Daerah saat itu. Untuk selanjutnya dibutuhkan dukungan dari pusat.
"Karena jika mengandalkan pemerintah daerah tidak mampu. Apalagi Kaltara saat itu baru saja terbentuk. Maka, bergeraklah ke pusat, beberapa kali melakukan audiensi ke kementerian terkait," ujarnya.
Baca Juga:
Kolaborasi Pembangunan IKN: Pemerintah Kaltim dan Kaltara Sinergi dalam Kemitraan
Terutama dengan Menteri Koordinator Kemaritiman (sekarang bernama Menko Maritim dan Investasi). Juga ke Bappenas bahkan dengan Presiden. Bak gayung bersambut, Pemerintah turut yakin, potensi Kaltara yang begitu besar dapat mewujudkan KIPI menjadi kawasan industri yang besar.
Seiring dengan berjalannya waktu, melalui sinergi yang apik KIPI masuk bagian dalam program OBOR (one belt and one road). Sebuah program investasi kerja sama Indonesia dengan China.
Hal ini dilakukan, karena perlunya dukungan investasi besar untuk pengembangan kawasan industri. Dari itu, banyak investor masuk dan berminat. Sebagai pendukung, pemerintah juga akan membangun sumber energi berupa PLTA. Energi hijau yang murah dan ramah lingkungan.
Baca Juga:
Dirjen Otda sebut Kaltara Daerah Otonomi Baru Berkembang Paling Pesat
“Kenapa perlu sumber energi? Sebuah kawasan industri sangat membutuhkan listrik yang besar. Sangat sulit mewujudkan industri kalau tidak ada listrik. Jadi sangat pas dengan dibangunnya PLTA,” ujarnya. Dikutip Antara. [Tio]