“Kehadiran Panas Bumi sebenarnya justru menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan kedatangan wisatawan dan memungkinkan tumbuhnya perhotelan di sekitar danau Wae Sano.
Pola wisata edukasi berkelanjutan Panas Bumi seperti ini juga telah dikembangkan di Negeri seperti Islandia, New Zealand, Philippines, USA, Jepang dan lainnya sedangkan di Indonesia seperti di Kamojang, Lahendong, Dieng dan lainnya.” tambahnya.
Baca Juga:
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
Menurut Riki, pengembangan Panas Bumi juga sejalan dengan rencana Pemerintah Daerah yang mengusung konsep Wisata Religi di wilayahnya.
“Ini menjadi sebuah kesinambungan, wisatawan akan mendapatkan paket lengkap Rekreasi, Ekologi, dan Religi,” ujarnya.
Penggunaan energi panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana pengeboran panas bumi dilakukan pada kedalaman 1.500-2.500 meter jauh di bawah sumber air permukaan yang biasa digunakan oleh masyarakat.
Baca Juga:
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
Sumber daya panas bumi memerlukan hutan sebagai resapan air dan merupakan hal yang pasti diperhatikan untuk dijaga kelestariannya, agar tidak terjadi banjir dan tanah longsor.
Apabila dibandingkan dengan energi terbarukan lain, Pembangkit Panas Bumi merupakan pembangkit dengan penggunaan lahan paling sedikit.
Energinya juga dapat terus dialirkan secara terus menerus tanpa terpengaruh keadaan cuaca dan matahari.