WahanaListrik.com | PT Pertamina (Persero) mengalokasikan total belanja modal (capital expenditure) US$92 miliar untuk periode 2020-2024. Dari jumlah itu, 9 persennya atau sebesar US$8,3 Miliar akan dialokasikan untuk EBT.
“Dari sisi bauran energi, EBT kita dari 2019 yang terdiri dari 13% akan meningkat menjadi 17% pada 2030,” kata Iman Rachman, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, saat talkshow di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) ke-26 di Glasgow, Skotlandia, Rabu waktu setempat (3/11).
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Iman menyatakan, untuk memperluas portofolio EBT, Pertamina telah mengembangkan delapan inisiatif strategis yang meliputi optimalisasi potensi dan peningkatan kapasitas energi panas bumi, pemanfaatan hidrogen hijau, yang akan menggunakan listrik dari lapangan panas bumi perusahaan dengan total potensi 8.600 kilogram hidrogen per hari.
Pertamina juga turut serta dalam perusahaan patungan Indonesia’s battery company bersama tiga BUMN lainnya yang akan mengembangkan ekosistem baterai EV, termasuk bisnis swapping dan charging.
Selain itu, ungkapnya, Pertamina juga sedang dalam proses membangun Green Refinery dan mengembangkan Bioenergi yang terdiri dari biomassa/biogas, bio blending gasoil dan gasoline, serta memproduksi bio-crude oil dari alga dan etanol. Keseluruhan proyek akan siap beroperasi mulai 2025/2026.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
“Sebagai perusahaan migas, kami berupaya mengurangi jejak karbon yang ada dengan menerapkan carbon capture, carbon utilization, and storage dalam meningkatkan produksi di beberapa lapangan migas yang ada,” ujarnya.
Pertamina juga menjalankan inisiatif EBT lainnya seperti meningkatkan kapasitas pembangkit dengan memanfaatkan tenaga PV Surya, Angin, dan Air.
Menurut Iman, salah satu cara paling efektif yang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan perannya dalam pertumbuhan EBT dalam bauran energi adalah dengan membangun kolaborasi berbagai pihak secara global dengan target yang mengikat dan perencanaan transisi yang tegas.