Menurut Dirut BAKTI Kementerian Kominfo, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah dalam menyelesaikan seluruh coverage di Provinsi Papua.
“Mungkin bisa jadi di wilayah coverage tersebut tidak ada penduduknya karena begitu menyebar keluarga pemukim,” tuturnya.
Baca Juga:
Diskominfo Rejang Lebong Ajukan Usulan Internet untuk Desa Terpencil
Dirut Anang juga mengungkapkan proses teknis pembangunan BTS juga kerap terkendala kondisi geografis Papua.
"Dalam membangun BTS, yakni sulitnya medan yang dilalui dikarenakan kondisi geografis. Sehingga dibutuhkan waktu kira-kira minimal 40 hari. Titik paling lama ini adalah membangun fisiknya, di situ ada membangun towernya,” jelasnya.
Belum lagi berkaitan dengan pengakutan bahan material untuk pembangunan yang membutuhkan sarana transportasi.
Baca Juga:
Menhub: Tamu VIP 17 Agustus di IKN Harus Pakai Kendaraan Listrik
“Tower ini memerlukan beton, pengerasan semen seperti kita membangun rumah.Persoalan yang cukup rumit juga adalah bagaimana membawa material fisik maupun elektronik ke lokasi, karena kita akui bahwa Provinsi Papua ini adalah lokasi tersulit dari seluruh paket yang kami kerjakan,” ungkap Dirut BAKTI Kementerian Kominfo.
Menurut Dirut Anang, kondisi bentang alam yang terdiri atas gunung hanya bisa dijangkau dengan akses transportasi udara. Oleh karena itu, BAKTI Kominfo bersama dengan mitra terkait terus berupaya mencari cara guna mewujudkan pembangunan BTS itu tepat waktu.
“Di situ harus mengangkut katakanlah satu set bisa sampai 10 sampai 15 ton, di mana kapasitas angkut pesawat pun banyak yang hanya sekitar 1 atau 2 ton saja. Ada berapa yang lebih berat, tentunya harus menggunakan pesawat/helikopter yang lebih kuat, yang mungkin harus didatangkan dari luar Papua dari ini pun tidak mudah. Jadi, inilah bagaimana mitra kami (di sini ada IBS dan ZTE) terus berputar otak, bagaimana mereka mencoba mencari waktu untuk tetap tepat waktu,” kisahnya. [Tio]