"Selama ini sampah yang ada dibuang ke TPA, misalnya sampah yang berasal dari pasar-pasar tradisional. Oleh sebab itu kerja sama ini setidaknya akan membantu mengatasi persoalan sampah selama ini," ucapnya.
Sementara itu, Direktur PT Kusuma Jaya Agro Raden Hidayatullah Kusuma mengatakan, kerja sama ini diharapkan mampu menyelesaikan persoalan sampah di Kota Pontianak.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Pihaknya juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, salah satunya BUMN PLN yang memberikan solusi masalah sampah menjadi co-firing atau produk energi baru terbarukan.
"Selain sampahnya bisa hilang, juga bisa menjadi sebuah produk bahan bakar pengganti batu bara sehingga bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik yang ada di Kalbar," katanya.
Pihaknya berencana membangun pabrik co-firing yang berlokasi di TPA Batu Layang.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Hasil dari pengelolaan sampah ini akan ditujukan untuk mendukung pembangkit listrik yang ada di Singkawang karena terdapat dua pembangkit listrik besar.
Mochamad Soleh, Head of Research Innovation and Knowledge Management PT Indonesia Power, menambahkan, satu ton sampah yang diolah menjadi bahan bakar akan menghasilkan 300 kilogram bahan bakar dengan nilai kalori sekira 3.400 kilokalori per kilogram.
"Jadi dari satu ton sampah terjadi penyusutan karena termasuk sampah basah, menjadi bahan bakar yang sudah kering seberat 300 kilogram. 300 kilogram ini nilai kalorinya 3.400 kilokalori per kilogram, itu jumlah minimalnya," katanya.