Pihaknya sudah pernah melakukan ujicoba beberapa komposisi dan hasilnya bisa mencapai 4.000 kilokalori per kilogram atau hampir setara dengan batu bara. Dalam pengolahan sampah, teknologi yang digunakan sudah ramah lingkungan karena sampah yang diolah tanpa B3 dan bisa terbakar.
Hasil survei yang dilakukan, 80 persen di antaranya mengandung organik, yakni sampah-sampah sisa makanan, sedangkan 20 persennya adalah plastik.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Kemudian, dari 80 persen organik itu, sudah pasti dihitung sebagai karbon netral, sedangkan yang 20 persen memang masih dianggap sebagai bahan bakar turunan dari fosil.
Yang menjadi komponen berbahaya seperti dikhawatirkan adalah dioksin furan.
Untuk mengatasi hal ini, pembakaran dilakukan di PLTU dengan ruang bakar mencapai di atas seribu derajat, jadi nanti pembentukan dioksin furannya sudah terurai di atas 700 derajat.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
"Kalau dari sisi emisi, itu cukup aman untuk lingkungan, artinya masih di bawah baku mutu lingkungan emisi hasil pembakaran sampah ini," katanya. [Tio]