Listrik.WahanaNews.co | Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (Persero) memanfaatkan penyertaan modal negara (PMN) untuk mendukung pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko dengan kapasitas 2 x 20 megawatt (MW).
General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara Wahidin mengatakan, dana PMN dari pemerintah digunakan untuk membebaskan lahan seluas 10,8 hektare (ha) untuk penambahan empat lokasi wellpad dan satu bidang untuk laydown area PLTP yang berlokasi di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Wellpad adalah lokasi yang diperuntukan untuk melakukan eksplorasi dan menjadi lokasi penempatan komponen utama dalam proyek pengembangan panas bumi, sementara laydown area merupakan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penempatan material dan peralatan yang dibutuhkan selama proses konstruksi.
"Ini adalah bukti kehadiran negara untuk menghadirkan listrik hingga ke seluruh pelosok nusantara, sekaligus mengembangkan energi baru terbarukan berbasis potensi sumber daya setempat," ucap Wahidin melalui siaran pers, beberapa waktu lalu.
Setelah dilakukan pembebasan lahan, selanjutnya PLN akan melanjutkan proyek ini ke proses konstruksi. Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLTP Mataloko ditargetkan dapat beroperasi pada 2025.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
PLTP Mataloko ini dikembangkan untuk melistriki kawasan 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal) di Pulau Flores.
Hingga Oktober 2022, rasio elektrifikasi di Pulau Flores masih berada di angka 95,67 persen. PLN menargetkan rasio elektrifikasi akan mencapai 100 persen di Flores pada 2025.
Tidak hanya untuk melistriki daerah terpencil, listrik dari PLTP Mataloko ini juga dapat mendukung pengembangan pariwisata di pulau Flores.