Biaya operasional pun dapat ditekan sampai dengan 80 persen dari sebelumnya menggunakan BBM
GM PLN UIW S2JB Bambang Dwiyanto mengatakan Electrifying Agriculture sendiri merupakan program inisiatif PLN untuk menghadirkan listrik sebagai salah satu pilihan sumber tenaga bagi peralatan-peralatan pertanian.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Dengan menginvestasikan pembangunan jaringan pada area pertanian yang produktif, diharapkan dapat mendorong para petani untuk dapat meningkatkan pendapatannya melalui sumber energi yang terjangkau dan bebas polusi.
Program Electrifying Agriculture di Desa Peracak ini merupakan salah satu Program Bantuan Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) yang merujuk pada Pilar Pembangunan Ekonomi dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) pemerintah.
“Bantuan senilai Rp 102.000.000 ini direalisasikan dalam bentuk peralatan pertanian berbasis elektrik, antara lain pompa air listrik sebanyak 12 unit untuk menggantikan penggunaan pompa air berbahan bakar minyak, peralatan sinar UV untuk optimalisasi fotosintesis tanaman padi, dan peralatan pengusir hama (burung dan tikus) eletronik.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Bantuan juga meliputi pemasangan baru (PB) untuk Electrifyng Agriculture sebanyak 10 ID pelanggan,” jelasnya.
Masih menurut Bambang, bantuan tersebut sebagai tahap awal percontohan Electrifyng Agriculture bagi kawasan pertanian produktif lainnya.
Direncanakan,dalam kurun waktu 1-2 tahun ke depan akan dilakukan monitoring dan kajian akan dampak penggunaan peralatan berbasis listrik kepada hasil pertanian.