Alat ini dapat dioperasikan secara hybrid dari energi terbarukan dan menyala 24 jam serta anti blackout.
Dilengkapi dengan storage baterai lithium, alat ini juga bisa digunakan untuk mengisi daya motor listrik dan memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga seperti kompor induksi atau alat elektronik lain.
Baca Juga:
SuperSUN: Program PLN yang Menerangi Daerah 3T Tanah Air
Zainal menceritakan, implementasi SuperSUN cukup sederhana dan sudah tersambung dengan gawai pelanggan sehingga dimonitoring secara online dan realtime mulai dari jaringan 2G (EDGE).
“SuperSUN juga tidak membutuhkan operator dan lahan yang luas, biaya pengoperasiannya dan pemeliharaan juga lebih rendah,” ungkap dia.
Pada tahap implementasi purwarupa, tepatnya 9 Maret 2021, hasil uji perangkat prototipe SuperSUN menunjukkan performa yang sangat baik di Kampung Yarweser yang menggunakan kWh meter prabayar daya 900 VA.
Baca Juga:
Direktur Utama PLN Bangga dengan Prestasi Tim SuperSUN di New York
Kemudian, perangkat tersebut digunakan untuk pemasangan 30 calon pelanggan dengan daya terpasang 900 watt sampai dengan 2.000 watt dan membutuhkan biaya investasi sekitar Rp 370 juta.
Menurut Zainal, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tabung listrik dan stasiun pengisian energi listrik (SPEL), PLTS Komunal, PLTMH, PLTBayu dan PLTD.
“Implementasi ke depannya akan melibatkan mahasiswa dan anak muda setempat untuk mempelajari pemasangan perangkat micro PLTS dan micro storage untuk 100 kepala keluarga,” katanya.