Potensi sumber daya alam energi baru terbarukan seperti angin, matahari, geothermal itu sebauh yang menurut Erick bisa dilakukan. Apalagi Indonesia memiliki target karbon netral pada 2060.
“Nah kompleksitas ini yang harus dilakukan seirama, tidak bisa kita melayani dengan baik tetapi harga listrik naik terus karena energi terbarukan lebih mahal,” katanya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
“Tetapi konteks lain juga, kita juga melihat bagaimana sumber daya alam kita yang sudah selama ini menjadi sumber listrik dunia karena batu bara itu tidak boleh hilang karena jangan sampai devisa kita hilang,” imbuhnya.
Mengacu data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus hingga USD34 Miliar. Jika dicermati, devisa terbesarnya selain kelapa sawit adalah batu bara.
“Lalu bagaimana caranya? Kita kembali lagi ada matahari, geothermal, angin, air yang di banyak negara belum tentu punya sebanyak itu,” kata Erick Thohir.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Senada dengan Menteri Erick, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menekankan langkah transformasi bisnis yang dilakukan di perusahaan yang dipimpinnya itu bukan merupakan langkah liberalisasi.
“Saya sebagai Dirut ingin mengulangi bahwa dampak penting BUMN adalah bukan dari proses liberalisai dari proses kelistrikan,” katanya.
Namun menurut arahan Menteri Erick kepadanya, dalam merespons tantangan teknologi, krisis energi dan peluang sumber daya yang melimpah di Indonesia perlu membawa perubahan.