WahanaListrik.com | Seorang komandan semestinya menjadi panutan dan pelindung bagi anak buahnya. Bukan justru bertindak semena-mena dan mengambil jatah para prajuritnya demi memperkaya diri sendiri.
Perbuatan tidak terpuji itu terjadi di salah satu batalyon TNI Angkatan Darat (AD).
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Di mana salah seorang komandan batalyon (Danyon) dengan seenaknya menjual Perlengkapan Perorangan Lapangan (Kaporlap) milik para prajuritnya.
Kaporlap prajurit biasanya berupa helm, sepatu, seragam PDL dan PDH, kaos PDL, topi pet PDH dan PDL, kaos kaki PDL dan sebagainya.
Para prajurit yang mengetahui tindakan sewenang-wenang komandannya tersebut pun mengamuk.
Baca Juga:
Disaksikan Presiden Prabowo, PLN Perkuat Kolaborasi Global Bersama China untuk Swasembada Energi di Indonesia
Sang komandan tak luput menjadi sasaran kemarahan anak buahnya yang langsung menangkapnya.
Beruntung, nyawa komandan tersebut selamat setelah perwira tinggi (Pati) TNI turun tangan menyelesaikannya.
”Pada saat saya berdinas sebagai wakil komandan batalyon terjadilah suatu peristiwa di pasukan tetangga saya, bahwa komandan batalyon tersebut diikat oleh anak buahnya/ditangkap oleh anak buahnya. Diikat di tiang listrik,” tutur Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto melalui buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”, Minggu (13/2/2022).
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, kata Prabowo, pimpinan divisi sampai harus turun tangan.
”Konon kabarnya, terkuak bahwa ia telah menjual Kaporlap yang untuk prajurit. Hal ini diketahui anak buah, sehingga anak buah marah dan akhirnya dia ditangkap dan diikat di tiang listrik. Pimpinan divisi sampai harus datang untuk mengatasi gejolak tersebut,” ujarnya.
Tidak hanya pemimpin yang menjual kaporlap, Prabowo juga menceritakan tindakan pemimpin yang tidak benar. Salah satunya, mengorupsi uang makan anak buahnya sendiri. Hal itu pernah terjadi di salah satu pasukan elite TNI.
”Sebuah kesatuan elite protes karena makannya tidak baik. Cara protesnya adalah mereka membariskan rantang-rantang yang dikenal sebagai rantang maxim. Dibariskan sekian ratus rantang tersebut di depan piket Kesatriat sehingga waktu komandan masuk di jajarkan di depan piket. Ini bentuk rasa tidak puas prajurit, makan mereka di korupsi,” ucapnya.
Prabowo mengakui, penyelewengan yang sering ditemukan adalah hal-hal semacam ini.
Menantu dari Presiden ke 2 RI Soeharto menyebut, korupsi yang paling banyak di pasukan adalah mengorupsi, mencuri uang uang makan anak buah sendiri.
Tak ingin hal itu terjadi pada anak buahnya, putra dari begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini banyak belajar dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto.
Bagi Prabowo, sosok Himawan Soetanto merupakan contoh pemimpin yang baik dan dekat dengan anak buah.
”Salah satu nilai yang saya dapat dari Pak Himawan Soetanto adalah komandan harus dekat dengan anak buah. Komandan harus bersama mereka dari bangun pagi sampai tidur. Komandan harus cek bagaimana kondisi anak buah mulai dari dapur, kamar mandi, bahkan harus juga periksa pakaian dalam anak buah,” katanya.
Prabowo mengaku mengenal sosok Himawan Soetanto saat dirinya masuk AKABRI. Saat itu, yang bersangkutan menjabat sebagai Wakil Gubernur AKABRI Bidang Operasi Pendidikan.
Memiliki kemampuan bahasa Inggris, Belanda dan Jepang, Himawan Soetanto merupakan sosok pemimpin yang berwawasan luas karena gemar membaca, santai dan tidak kaku serta dekat anak buah.
”Belajar dari Pak Himawan Soetanto tersebutlah, saya mempunyai kebiasaan mengecek detail dapur dan pelengkapan anak buah. Pada suatu waktu saya pernah menemukan pakaian dalam prajurit sudah cokelat bukan putih lagi. Saya juga pernah menemukan korupsi yang paling banyak itu selalu dari dapur. Daging satu kilogram untuk 16 orang. Akhirnya di TNI sempat disebut daging silet. Karena daging setipis silet. Tragis,” kenangnya.
Masalah makan, kata Prabowo, adalah sangat vital untuk prajurit.
Bahkan, Napoleon Bonaparte, pemimpin militer terbesar dalam sejarah Prancis pernah mengatakan bahwa suatu tentara itu bergeraknya di atas perut. Artinya, kalau tidak ada makan, suatu tentara tidak mungkin bergerak.
”Saya anjurkan kepada seluruh yang ingin menjadi pemimpin yang baik, jangan pernah mencuri dari anak buah. Ini adalah rumus paling cepat untuk saudara dilawan oleh anak buah,” tuturnya.
Prabowo juga mengingat nasihat yang disampaikan seniornya angkatan 68 yang bernama Sunarto.
Karena ada beberapa Sunarto yang leting 68 beliau diberi nama Sunarto Bulu karena badannya lebat dengan bulu di tangan, di dada dan seluruh badannya.
”Prabowo, kelemahan perwira muda tidak pernah mau ngurus logistik. Tidak pernah mau urusan dapur. Kalau mau berhasil, kalau kamu mau dicintai anak buah, uruslah makan mereka, periksalah dapur setiap pagi,” kenangnya.
Nasihat itulah yang didengarkan dan diterapkan Prabowo. Setiap pasukan yang dipimpinnya, Prabowo selalu mengecek dapurnya. Bahkan tidak segan-segan datang jam 3 atau 4 pagi untuk untuk mengecek pada saat mereka masak.
”Saya tanya, apa menu makan untuk besok? Mana menu belanjaannya? Dan saya lihat potongan ayam itu dipotong berapa. Kalau untuk ukuran Indonesia yang pantas itu 1 ayam bisa dipotong untuk 10 sampai 12 orang. Tapi sering terlihat di pasukan-pasukan, 1 ayam dipotong 16. Pernah saya latihan bersama tentara Amerika di Amerika. Di Amerika itu satu ayam dimakan 4 orang. Jadi 1 orang makan seperempat ayam,” kata Prabowo.
Prabowo menekankan, makan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
“Jika Anda mau berhasil ketahuilah apa yang dimakan anak buahmu. Jangan sampai makan mereka dikorupsi. Kalau dikorupsi akibatnya banyak yang pertama mereka akan benci pemimpin. Bayangkan darah mereka, keringat mereka, otot mereka, kesehatan mereka dirampok untuk kesenangan atau kepentingan oknum-oknum,” ucapnya. [Tio]