WahanaListrik.com | Lumpur lapindo disebut memiliki potensi energi hijau karena kandungannya mengandung lithium.
Seperti yang dilansir dari situs resmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, kabar tersebut dikonfirmasi oleh Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim ITS, Amien Widodo.
Baca Juga:
Luhut Pandjaitan Minta Australia Tambah 60 Ribu Ton Ekspor Lithium ke Indonesia
Amien mengatakan kalau dia telah melakukan penelitian terkait kandungan lithium yang ada dalam air lumpur Sidoarjo sejak tahun 2016.
Di mana kajian tersebut dilakukan dengan berbasis Lithium Mangan Oksida (LMO), yang memiliki struktur kristal spinel.
"Hasil kajian ini menunjukkan kandungan lithium dengan kadar sebesar 7 hingga 15 bagian per juta," ujar Amien, Surabaya, Senin (31/1/2022).
Baca Juga:
Jokowi Senang Ada Orang Indonesia Jajaki Bisnis Lithium
Amien menjelaskan kalau adanya potensi energi hijau itu dapat membantu percepatan produksi kendaraan listrik.
"Penemuan potensi kandungan lithium di lumpur Sidoarjo adalah kabar baik. Tentunya sangat luar biasa jika kita bisa memanfaatkannya," ucapnya.
Sayangnya, dia menyebut kalau belum menemukan lokasi penambangan yang menjanjikan hingga saat ini.
Sebagai informasi tambahan, Amien menerangkan bahwa lithium adalah salah satu Critical Raw Materials (CRMs) atau material kritis.
Material kritis sendiri merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pengembangan energi hijau.
Selain ITS, penelitian ini juga dilakukan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020.
Penelitian tersebut menggunakan teknik Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES), yang dapat menentukan komposisi unsur dari berbagai logam.
Hasil yang didapat tercatat lithium dengan kadar 99,26 sampai dengan 280,46 bagian per juta dan stronsium kadar 255,44 sampai dengan 650,49 bagian per juta.
“Memang terlihat perbedaan signifikan di antara keduanya. Itu karena kami mengambil sampel berupa air lumpur, sedangkan Badan Geologi melakukan penelitian pada lumpurnya,” bebernya.
Terakhir, Amien berharap pihak Badan Geologi dapat melibatkan ITS untuk penelitian selanjutnya nanti.
“Dengan begitu kami dapat belajar banyak mengenai cara eksplorasi dan eksploitasi logam tanah jarang dan material kritis,” harapnya. [Tio]