WahanaListrik.com | Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR), Shafa Annisa Rahmasari berhasil meraih peringkat pertama dalam kompetisi pembuatan konten Powerful Young Generation Perusahaan Listrik Negara (POWERGEN PLN).
Capaian itu tak lepas dari kegigihannya dalam membuat konten yang berkualitas.
Baca Juga:
Emil Dardak: Digital Library ISNU Jatim Dorong Kecendekiawanan NU dan Kemajuan Negara
Dua konten yang masuk dalam babak penjurian berhasil mengantarkannya meraih juara dalam kompetisi yang berlangsung hingga Rabu (5/1).
Tak tanggung-tanggung, Shafa bahkan membuat jingle khusus bagi PLN dalam salah satu konten videonya.
“Kalau bersinggungan dengan bidang menyanyi dan musik, aku merasa lebih enjoy dalam mengerjakan, lalu di sisi lain, PLN Mobile juga belum memiliki jingle khusus,” sebutnya.
Mahasiswa yang hobi bermusik itu mengaku sudah memiliki rencana dan visualisasi sebelum membuat konten.
Baca Juga:
Unair Surabaya Terima 1.895 Calon Mahasiswa Baru Melalui SNBP 2024
“Sambil cari-cari referensi untuk video dan irama lagunya, aku mulai menulis lirik. Saat sesi coaching aku sudah punya lirik untuk satu lagu penuh dan ada beberapa revisi dari pihak PLN,” sebutnya.
Melalui pelatihan dan revisi dari pihak PLN, mahasiswa kelahiran Madiun ini mantap melanjutkan tahap penulisan lirik, irama, hingga aransemen jingle dengan bantuan temannya.
Shafa pun memastikan ide yang ia miliki dapat direalisasikan dengan bantuan teman-teman videografer.
Tak hanya bernyanyi, mahasiswa angkatan 2020 itu rela meminta bantuan beberapa penari di kotanya, demi menghasilkan eksekusi karya yang menarik.
“Untuk menambah kesan energik, aku nggak hanya sekedar lipsync. Karena aku nggak punya basic menari, jadi aku memutuskan untuk meminta bantuan penari di Madiun,” jelasnya.
Dikerjakan di tengah jadwal ujian yang padat, Shafa harus menyesuaikan jadwal ketersediaan dari dancer dan videografer untuk melakukan perekaman konten.
Selain itu, teknik pengambilan video one shoot juga menjadi tantangan tersendiri bagi Shafa.
“Kedua karyaku memakai teknik one shoot yang mana semua aspek dari video harus cukup baik. Kami harus menyesuaikan layout setting dan cahaya yang sempat berubah. Akhirnya kondisi itu mengharuskan kami untuk take sekitar 4-5 kali,” jelasnya.
Meski melalui proses yang rumit, Shafa mengaku puas karena telah mengerjakan kedua karyanya dengan maksimal.
“Prinsip yang aku pegang adalah just do your best. Whatever the result will be, at least I’ve tried my best. Toh, kalau memang nggak mendapat juara, bisa membuat karya-karya itu adalah suatu pencapaian buatku,” sebutnya. [Tio/unair.ac.id]