WahanaListrik.com | Paus Fransiskus mengeluarkan kecamannya yang paling keras atas invasi Rusia ke Ukraina, dengan mengatakannya sebagai agresi bersenjata yang tidak dapat diterima, meminta pembantaian dihentikan.
Paus Fransiskus tidak menggunakan kata 'Rusia' dalam kecamannya terhadap perang sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi pada 24 Februari.
Baca Juga:
WHO Sebut Sebagian Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Air Got dan Pakan Ternak
Namun, pilihan kata Paus tampaknya semakin ditujukan untuk menolak pembenaran Moskow atas invasi tersebut.
"Menghadapi kebiadaban pembunuhan anak-anak, orang tak berdosa dan warga sipil tak bersenjata, tidak ada alasan strategis yang dapat menahannya," katanya kepada 25.000 orang di Lapangan Santo Petrus, Vatika selama pemberkatan hari Minggunya, melansir Reuters 14 Maret.
Moskow mengatakan tindakannya dirancang bukan untuk menduduki wilayah, tetapi untuk demiliterisasi dan denazifikasi tetangganya.
Baca Juga:
Menlu Bangladesh Minta PBB Ikut Selesaikan Masalah Pengungsi Rohingya
Selain itu, Moskow juga membantah menargetkan wilayah sipil.
"Satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah menghentikan agresi bersenjata yang tidak dapat diterima ini sebelum itu mengubah kota menjadi kuburan," tegas Paus Fransiskus.
"Atas nama Tuhan, saya meminta Anda hentikan pembantaian ini!" pinta Paus Fransiskus, sebelum meminta orang banyak untuk bergabung dengannya dalam doa hening untuk mengakhiri perang.
Dalam kesempatan tersebut Paus Fransiskus juga menyebut Pelabuhan Mariupol yang terkepung di Ukraina sebagai 'kota martir, serta sekali lagi meminta koridor kemanusiaan yang benar-benar aman untuk memungkinkan warga mengungsi.
Pekan lalu, Rusia membom sebuah rumah sakit bersalin di Mariupol pada Hari Rabu. Ukraina mengatakan wanita hamil termasuk di antara mereka yang terluka.
Adapun Rusia mengatakan rumah sakit itu tidak lagi berfungsi dan telah diduduki oleh pejuang Ukraina
Pada Hari Minggu, Paus Fransiskus juga mendesak orang-orang untuk menerima pengungsi dari Ukraina dan berterima kasih kepada mereka yang telah bergabung dengan "jaringan solidaritas yang besar" untuk membantu mereka yang melarikan diri dari perang.
Paus Francis tampak sangat muram. Setelah salam singkat yang tidak biasa kepada kelompok-kelompok di alun-alun, dia meninggalkan jendela di lantai atas Istana Apostolik dan kembali ke perpustakaan kepausan.
Diketahui, Rusia menyebut tindakannya sebagai 'operasi militer khusus'.
Minggu lalu Francis secara implisit menolak istilah itu, dengan mengatakan itu tidak dapat dianggap hanya operasi militer, tetapi perang yang telah melepaskan sungai darah dan air mata.
Hingga 18 hari invasi berjalan, pertempuran di Ukraina telah menciptakan lebih dari 2,5 juta pengungsi, dengan sebagian besar ditampung oleh Polandia. [Tio]