WahanaListrik.com | Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa nilai pendapatan negara pada Februari 2022 lalu terealisasikan tumbuh di atas 20 persen dibanding capaian pada Januari 2022 yang sebesar Rp 156 triliun.
Di lain pihak, nilai pengeluaran negara dalam dua bulan pertama tahun ini justru relatif sangat sedikit, bahkan disebut Sri Mulyani tumbuh hampir nol persen.
Baca Juga:
Bea Cukai Tindak 31.275 Perdagangan Ilegal di 2024, Menkeu: Potensi Kerugian Negara Rp3,9 Triliun
"Jadi, sebenarnya kita mengalami surplus dari defisit anggaran pada bulan lalu," ujar Sri Mulyani, dalam Bloomberg ASEAN Business Summit, di Jakarta, seperti yang diberitakan Antara, Rabu (16/3/2022).
Pada 2022 ini, menurut Sri Mulyani, pendapatan negara memang sudah mengalami lonjakan hingga 54,9 persen, yang didapat dari penerimaan pajak maupun nonpajak.
Catatan ini disebutnya sebagai awal yang baik untuk kinerja perekonomian di 2022.
Baca Juga:
Menkeu: Kemenkeu Dukung dan Berikan Bantuan Maksimal Kepada Seluruh K/L pada KMP
"Meski begitu, dalam 10 bulan ke depan kita akan tetap mengantisipasi tekanan yang cukup banyak, terutama terkait dengan harga komoditas, yang beberapa di antaranya akan diteruskan ke konsumen," tutur Sri Mulyani.
Antisipasi dilakukan oleh pemerintah dengan penyerapan sebagian peningkatan harga komoditas dalam bentuk subsidi.
Karenanya, lanjut Sri Mulyani, terdapat dua respon dari sisi fiskal yang diterbitkan oleh pemerintah, yaitu peningkatan subsidi, terutama pada bahan bakar dan listrik, serta menggunakan penerimaan negara yang meningkat akibat lonjakan harga minyak kelapa sawit (CPO).