WahanaListrik.com | Anak sering mengeluh jantungnya kerap berdebar kencang tanpa sebab?
Anda sebagai orangtua mesti waspada ada masalah kesehatan serius yang dialami si anak, salah satunya gangguan aritmia.
Baca Juga:
Gejala Awal Sudden Cardiac Death (SCD) yang Diduga Picu Kematian Mendadak Marissa Haque
Gangguan aritmia adalah gangguan irama jantung yang tidak normal dan dapat membuat kinerja jantung jadi kurang efisien.
Dan sayangnya anak-anak bisa mengalami masalah ini.
Dijelaskan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Heartology Cardiovascular Center dr Dicky Armein Hanafy, SpJP(K), jenis gangguan aritmia yang dapat dialami pada anak meliputi Takikardia (detak jantung cepat), Bradikardia (detak jantung lambat), Sindrom Q-T Panjang, dan Sindrom Wolff-Parkinson-White.
Baca Juga:
Tukar Pengalaman, RS Adam Malik dan Arab Saudi Targetkan Operasi 15 Pasien Jantung
"Detak jantung yang tidak beraturan tidak boleh dianggap sepele, terlebih pada anak-anak. Apabila ada gejala yang cukup mengkhawatirkan sebaiknya orangtua waspada mengingat jantung adalah organ vital pada tubuh manusia," terang dr Dicky dalam webinar kesehatan.
Anda sebagai orangtua, sambung dr Dicky, mesti waspada ketika si anak sering mengeluh jantung berdebar, pusing atau kepala terasa berputar, tubuh lemah dan lemas, wajah si kecil pucat, sulit bernapas, hilang kesadaran atau pingsan, nyeri dada, anak mudah marah, susah makan, serta kejang-kejang.
"Kalau gejala itu sudah terjadi dan tak hanya sekali, maka Anda sebagai orangtua harus waspada dan boleh segera memeriksakan kondisi anak ke dokter jantung atau ke dokter anak," saran dr Dicky.
"Pada kasus berat, aritmia yang tidak dikelola dengan benar akan menyebabkan terjadinya stroke pada anak, bahkan sebabkan kematian mendadak," tambahnya.
Kondisi ini menurut dr Dicky bisa terjadi karena orangtua punya riwayat penyakit aritmia atau penyakit lain seperti si ibu memiliki masalah aritmia atau ayahnya aktif merokok dan memiliki masalah kardiovaskular.
"Jadi aritmia pada anak bisa karena genetik yang diturunkan orangtuanya. Ini artinya si anak sudah memiliki masalah itu saat dilahirkan ke dunia. Tapi, tak sedikit juga kasus aritmia terjadi pada anak usia 2 tahun ke atas," terangnya.
Menangani aritmia pada anak tidak boleh sembarang. Menurut dr Dicky, itu harus dikembalikan pada kondisi penyakit si anak masing-masing.
"Penanganan penyakit aritmia pada anak misalnya masalah irama jantung terlalu cepat, kini orangtua bisa memilih terapi seperti Ablasi Frekuensi Radio yang menggunakan instrumen kecil dengan energi panas untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal," ungkapnya.
Bahkan, sambung dr Dicky, kini ada tindakan Ablasi 3 Dimensi (3D) yang dilakukan dengan menggunakan HD Grid 3D Mapping System.
Teknologi tersebut diyakini memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, baik yang simple maupun kompleks. [Tio]