Dengan melakukan pendalaman dan memperluas transformasi bisnis, pada tahun 2020 Cash War Room dapat merealisasikan cash release sekitar Rp 20 triliun dan tambahan cash release sekitar Rp 7 triliun di tahun 2021.
Kenaikan EBITDA di tahun 2021 sekitar Rp 6 triliun dapat terealisasi yang merupakan hasil dari intervensi dan fokus pada perbaikan KPI.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Pada tahun 2020, sebagai respon terhadap kondisi pandemi yang mana PLN dihadapi dengan uncertainties, PLN memulai program transformasi dengan pengembangan yang selalu dilakukan hingga saat ini telah memiliki 29 breakthrough, di mana 21 breakthrough terkait dengan digitalisasi.
Digitalisasi program transformasi PLN mulai dari hulu sampai ke hilir, mulai dari pengelolaan energi primer yang terintegrasi dengan sistem digital dari Ditjen Minerba, pembangkitan, EAM transmisi dan distribusi, sampai pelayanan pelanggan.
“Hingga akhir 2021, tercatat Aset PLN sebesar Rp 1.610 triliun, dengan besaran belanja operasional (OPEX) Rp 323 triliun dan belanja modal (CAPEX) sebesar Rp 60 triliun. Oleh karena itu, kami harus bisa mengelola aset tersebut dengan memperhatikan keseimbangan antara risk and return melalui penerapan GRC,” ujar Sinthya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Menurut Sinthya, keberhasilan integrasi GRC dalam program CWR tidak terlepas dari dukungan tim yang dinamis, kolaboratif dan kinerja unggul.
Dibutuhkan mindset terkait financial sustainability serta pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan aman untuk dapat memastikan penerapan GRC berjalan secara optimal.
Keynote Speaker GRC Summit 2022, Former Principal, Global Leader GRC of Delloite Consulting & President of Business Solution, Inc., Lee Dittmar menyebutkan, terdapat three persistent theme yang harus diperhatikan ketika pertama kali berbicara GRC.