Ketiga, mengingat tiang jembatan yang sudah "tatono" (tertahan) selama kurang lebih 16 tahun lamanya, bahkan sebelum Bolmut menjadi daerah otonom baru di Sulawesi Utara. Sangat disayangkan jika pemerintah terus mempertontonkan kegagalan di tengah masyarakat, dengan dalih "nanti, nanti, nanti,
Keempat, banyaknya kecelakaan ketika melewati sungai saat sedang hujan maupun tidak menjadikan jembatan memang layak diperjuangkan.
Baca Juga:
TNI-Polri Tangkap Pengendara Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal
"Saya pun menyaksikan sendiri betapa kejadian kecelakaan itu terjadi di depan mata. Mungkin bisa ditanyakan kepada yang bertugas menyeberangkan kendaraan, berapa korban yang sudah "tabulengkar" (terbalik), di situ," ujar Mahasiswi IAIN Sultan Amai Gorontalo itu
Kelima, karena jembatan yang hampir dimuseumkan itu, menjadikan Goyo menjadi lebih tertinggal daripada dusun lainnya. Saya kadang iri dengan Pangkusa yang meski di pedalaman dan sulit jaringan, tapi ada jembatannya. Indah pula.
Ketertinggalan itu membuat siapa pun yang pernah menginjakkan kaki langsung di tanah Goyo, akan tahu bagaimana sulitnya masyarakat. Karena seperti yang kita tahu bersama, bahwa bukan hanya jembatan yang terbengkalai, tapi jalan juga yang belum diaspal sepenuhnya membuat masyarakat menjadi berlipat ganda kesulitannya.
Baca Juga:
Polres Fakfak Tangkap Pelaku Ujaran Kebencian, Viral di Facebook
Yang jika orang hamil muda lewat secara terus menerus di jalan Goyo itu, pasti akan mengalami keguguran atau bahkan lahir prematur. Juga banyaknya kecelakaan yang terjadi menjadikan ini sekali lagi layak diusut tuntas. Sangat disayangkan sekali.
"Dan kabar baiknya, semoga tahun ini jalan "spanggal" (sepenggal) itu akan diteruskan pembangunannya. Jika tidak, somo ba demo jo dang (nanti demo lagi," pungkasnya. [Tio]