Benar dan salah mengacu pada keakuratan tes, sementara positif dan negatif mengacu pada hasil yang Anda terima.
Professor di Department of Laboratory Medicine and Pathology at the University of Washington School of Medicine, Geoffrey Baird, M.D., Ph.D. menuturkan, hasil positif palsu berarti Anda telah mendapatkan hasil positif, tetapi tidak benar-benar terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Baca Juga:
Mulai Hari Ini, Traveler Tak Perlu PCR atau Antigen
Menurut dia, tes antigen paling akurat ketika yang menjalani tes memiliki gejala, karena biasanya itu berkorelasi dengan adanya banyak virus di tubuh sehingga lebih mudah untuk dideteksi.
Tes antigen Covid-19 mengharuskan Anda menyeka lubang hidung untuk mengumpulkan sampel, tetapi tujuannya bukan untuk mengambil lendir.
“Banyak orang berpikir menggali sedalam mungkin. Itu sebenarnya dapat menyebabkan beberapa hasil positif palsu. Ingus, rambut, darah, dan tambahan lainnya dapat mengganggu kemampuan tes untuk mengidentifikasi antigen SARS-CoV-2," kata Baird.
Baca Juga:
Naikkan Harga Tes PCR di Luar Kewajaran, Laboratorium PLBN Entikong Ditutup
Walau begitu, standar emas pengujian Covid-19 yakni dengan tes PCR atau juga dikenal sebagai pengujian molekuler, ungkap pakar kesehatan dari Johns Hopkins Center for Health Security, Gigi Gronvall, Ph.D.
Namun, tes antigen bisa sama sensitifnya dengan tes PCR ketika Anda mengalami gejala.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, meskipun spesifisitas tinggi dari tes antigen, hasil positif palsu bisa saja terjadi.