WahanaListrik.com | Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengkhawatirkan rencana penaikan tarif dasar listrik (TDL) 13 golongan pelanggan nonsubsidi pada pertengahan tahun ini.
Kenaikan TDL itu dipastikan bakal menyulitkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar global.
Baca Juga:
Jaga Daya Beli Masyarakat, ALPERKLINAS Apresiasi PLN Beri Diskon Listrik Mulai 1 Oktober 2025
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan tarif listrik menyumbang sekitar 25 persen dari keseluruhan biaya produksi TPT.
Kenaikan TDL itu bakal mengungkit ongkos produksi yang belakangan berdampak pada harga barang di tingkat konsumen.
“Harapan kita sih PLN untuk batubara itu disuplai kalau komitmennya memang tidak lagi ekspor komoditas, berarti PLN batubaranya disuplai bukan dengan harga market tetapi keekonomian,” kata Redma melalui sambungan telepon, Kamis (10/2/2022).
Baca Juga:
Utamakan Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Jaga Tarif Listrik Tetap Terjangkau Sepanjang 2025
Menurut Redma, tarif yang berlaku lewat kebijakan pasokan batubara kepada PLN saat ini sudah mendorong daya saing produk tekstil domestik di pasar internasional.
Kondisi itu ikut mengungkit nilai ekspor produk tekstil selama pandemi Covid-19.
“Sekarang kita dapat keuntungan karena China dapat harga batu bara internasional karena harus impor,” tuturnya.