WahanaListrik.com | PLN berkomitmen untuk mencapai target net zero emission pada 2060 serta mencapai target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025, melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang mengedepankan keseimbangan supply and demand, keberlanjutan listrik, serta keekonomian listrik.
Berdasarkan RUPTL 2021-2030, cakupan EBT PLN mencapai 51,3 persen atau 20,9 GW. Untuk meningkatkan bauran EBT, PLN mengimplementasikan pengurangan pemakaian bahan bakar minyak (diesel) atau dediselisasi dengan cara mengkonversi PLTD menjadi PLTS dan pembangkit listrik tenaga baterai (battery energy storage system/BESS).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto menyebutkan dedieselisasi yang akan dilakukan oleh PLN.
"Program konversi ini PLTD akan dilakukan dengan dikonversi hybrid dan baterai. Konversi ini untuk daerah remote dan tidak memiliki sumber EBT lainnya.
Dalam tahap 1, sebanyak 212 MW PLTD akan dikonversi menjadi hybrid PLTS dan BESS," urai Wiluyo dalam seminar "Renewable Energy Technology as Driver for Indonesia's De-Dieselization", Rabu (23/03/2022).
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Berdasarkan data terkini dari PLN, jumlah PLTD mencapai 5.200 unit di 2.130 lokasi yang sebagian berada di daerah terpencil.
Proses konversi PLTD terdiri dari tiga skema. Pertama, konversi PLTD menjadi pembangkit listrik tenaga hybrid.
Kedua melalui gasifikasi. Ketiga dengan melalukan interkoneksi listrik dengan grid PLN.