Tak hanya bernyanyi, mahasiswa angkatan 2020 itu rela meminta bantuan beberapa penari di kotanya, demi menghasilkan eksekusi karya yang menarik.
“Untuk menambah kesan energik, aku nggak hanya sekedar lipsync. Karena aku nggak punya basic menari, jadi aku memutuskan untuk meminta bantuan penari di Madiun,” jelasnya.
Baca Juga:
Emil Dardak: Digital Library ISNU Jatim Dorong Kecendekiawanan NU dan Kemajuan Negara
Dikerjakan di tengah jadwal ujian yang padat, Shafa harus menyesuaikan jadwal ketersediaan dari dancer dan videografer untuk melakukan perekaman konten.
Selain itu, teknik pengambilan video one shoot juga menjadi tantangan tersendiri bagi Shafa.
“Kedua karyaku memakai teknik one shoot yang mana semua aspek dari video harus cukup baik. Kami harus menyesuaikan layout setting dan cahaya yang sempat berubah. Akhirnya kondisi itu mengharuskan kami untuk take sekitar 4-5 kali,” jelasnya.
Meski melalui proses yang rumit, Shafa mengaku puas karena telah mengerjakan kedua karyanya dengan maksimal.
Baca Juga:
Unair Surabaya Terima 1.895 Calon Mahasiswa Baru Melalui SNBP 2024
“Prinsip yang aku pegang adalah just do your best. Whatever the result will be, at least I’ve tried my best. Toh, kalau memang nggak mendapat juara, bisa membuat karya-karya itu adalah suatu pencapaian buatku,” sebutnya. [Tio/unair.ac.id]