TFI, di sisi lain, mengukur sifat dinamis dari lapisan dalam film air mata dengan menggunakan pengukuran non-kontak tunggal sambil memungkinkan orang untuk berkedip secara alami. Seluruh proses pengukuran memakan waktu sekitar 40 detik untuk setiap mata.
Jewish News Syndicate melaporkan bahwa pasien pertama untuk pemeriksaan mata tersebut di rumah sakit Israel telah terdaftar dalam penelitian, yang diperkirakan akan berlangsung selama 30 hari.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
JNS juga melaporkan bahwa setidaknya 500 orang diharapkan untuk mengambil bagian dalam penelitian ini.
“Dunia membutuhkan alat diagnostik baru untuk membantu penilaian virus agresif dalam pendekatan non-invasif dengan kecepatan dan efisiensi,” kata Chief Technology Officer Raanan Gefen, AdOM, seperti dilansir dari Science Times, Senin (7/2/2022).
Meski demikian, pejabat perusahaan menambahkan bahwa tes tersebut harus memenuhi ketelitian sensitivitas tinggi, yang merupakan merek dagang dari perangkat diagnostik yang disetujui.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Strain SARS yang berbeda dan varian flu agresif mengancam populasi global. Gefen, menambahkan bahwa mereka sedang merancang teknologi deteksi virus TFI untuk sensitivitas tinggi dalam kelompok besar ini.
Secara khusus, penelitian ini juga akan membandingkan keakuratan penggunaan TFI untuk menjalani tes PCR.
Jika teknologi yang baru dikembangkan itu berhasil, perusahaan akan mengajukan persetujuan regulator. [Tio]