Sebab, saat ini Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan.
“Jadi tekanan pada inflasi khususnya Indonesia sebagai negara yang mengimpor BBM dalam jumlah cukup besar, maka imbasnya pasti harga BBM ini akan mengalami penyesuaian begitu juga basis energi lainnya seperti tarif dasar listrik, LPG, ini juga mulai mengalami penyesuaian,” ungkapnya.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Selain itu, Bhima melanjutkan, konflik di Ukraina banyak bukan hanya berdampak pada sektor transportasi saja, tapi juga pada komoditas pangan strategis.
“Akan terasa pada pelemahan konsumsi rumah tangga di kuartal I maupun semester I 2022,” imbuhnya.
Selanjutnya, kaya Bhima, pemerintah juga harus mengantisipasi kenaikan inflasi yang akan terjadi di banyak negara dunia.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Sebab, eskalasi di Ukraina akan mempercepat negara maju melakukan tappering off. Bahkan, ancaman arus modal keluar dari negara berkembang dapat terjadi.
“Jadi ini harus diantisipasi terhadap dampaknya seperti nilai tukar rupiah karena investor pasti akan mencari aset-aset yang lebih aman, dan beralih dari instrumen yang fluktiatif kepada instrumen yang memberikan rasa aman, seperti surat utang AS maupun komoditas seperti emas,” pungkasnya. [Tio]