Berdasarkan fakta dan data intensitas karbon (CO2 per kwh) Jerman 4 kali lebih kotor dibanding Prancis.
Melihat dari data tersebut, jelas terbukti bahwa dengan mengandalkan energi nuklir sebagaimana yang dilakukan Prancis dapat menjadi solusi praktis untuk mencapai net zero emission.
Baca Juga:
Jepang Tegaskan Pelepasan Air Olahan ALPS Fukushima Penuhi Standar Keamanan Internasional
Prof. Ir. Ari Handono Ramelan M.Sc. (Hons), Ph.D, dalam paparannya menyampaikan bahwa, jika melihat dari segi karakteristik yang intermiten, maka bauran energi yang ada saat ini belum dapat memenuhi persyaratan untuk mengganti energi fosil.
Hal ini dikarenakan ketergantungannya terhadap musim dan cuaca.
“Sehingga dibutuhkan baterai penyimpan untuk menstabilkan frekuensi dan pembangkit back up bila pembangkit intermiten tidak bekerja. Sedangkan nuklir mampu beroperasi pada lahan yang kecil selama 24 jam, kapan saja dimana saja dan tidak bergantung kepada musim maupun cuaca. Dapat disimpulkan bahwa nuklir merupakan solusi praktis untuk mencapai net zero emission,” papar Prof Ari.
Baca Juga:
Utusan China Serukan Pengawasan Internasional atas Pembuangan Nuklir PLTN Fukushima
Diskusi ini menghadirkan pembicara yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS, dari Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UNS, dan juga pembahas dari Sekolah Ilmu Lingkungan yaitu Dr. Ahyahuddin Sodri, S.T. M.Sc.
Melalui diseminasi kajian ini, disepakati bahwa PLTN harus dipertimbangkan untuk masuk bauran energi di Indonesia pada tahun 2030-2035 untuk mencapai net zero emission.
Selain itu, kajian akademik ini juga memperlihatkan fakta dan kebenaran bahwasanya nuklir merupakan solusi praktis dari perubahan iklim (climate change) serta energi ramah lingkungan dan berkelanjutan. [Tio]