"Apa benar demikian?" tanya Amin.
Direktur Regional Sumatera dan Kalimantan PLN Adi Lumakso menegaskan, sistem kelistrikan Pulau Sumatera telah terintegrasi dari Aceh hingga Lampung.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
“Secara sistem tidak ada defisit listrik di subsistem Aceh, dengan sumber PLTU Nagan 2X100 MW dan PLTMG Arun 430 MW sedang beban puncak di Aceh hanya 445 MW yang terkoneksi dengan sistem besar di grid Sumatera, sehingga transfer listrik dari Sumut ke Aceh atau Aceh ke Sumut sesuai dengan kondisi sistem,” ujar Adi Lumakso.
Ia juga menjelaskan sistem kelistrikan Sumatera sampai dengan Juli ialah daya mampu sebesar 8.638 MW dengan beban puncak 6.378 MW. Sehingga, terdapat cadangan sebesar 2.260 MW.
Sementara itu, untuk sistem kelistrikan Kalimantan sampai dengan Juli ialah mempunyai daya mampu sebesar 2.784 MW dan beban puncak 1.650 MW. Sehingga, terdapat cadangan sebesar 1.134 MW.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Adi menambahkan, berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 terdapat rencana penambahan pembangkit di Sumatera dengan total kapasitas 9.758 MW dan di Kalimantan sebesar 2.803 MW.
“Dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan 7,4 persen, didapatkan rata-rata reserve margin Sumatera sebesar 45,7 persen dan Kalimantan sebesar 32 persen. Sehingga sistem Sumatera-Bangka dan Kalimantan masih surplus atau oversupply hingga tahun 2030,” terangnya.
Terkait dengan rasio desa berlistrik (RDB) PLN, sampai dengan Juni 2022 untuk regional Sumatera-Kalimantan sebesar 95,69 persen, di mana Sumatera sebesar 99,5 persen dan Kalimantan sebesar 82,32 persen.