Selanjutnya, timnya menganalisis resonansi elektromagnetik global dengan metode lain yang disebut resonansi Schumann.
Williams menjelaskan, intensitasnya dianggap sebanding dengan jumlah kilatan petir yang terjadi, dan pengukuran ini juga menunjukkan ada lebih sedikit petir selama 2020.
Baca Juga:
Hujan Petir Bukan Masalah! Begini Cara Pesawat Modern Tetap Aman di Udara
Selain itu, tempat-tempat dengan pengurangan aerosol atmosfer yang lebih signifikan disebut cenderung memiliki pengurangan petir terbesar.
Misalnya, Asia Tenggara, Eropa, dan sebagian besar Afrika telah mengalami beberapa pengurangan terbesar baik dalam kasus aerosol di atmosfer dan kilat, sementara Amerika mengalami perubahan yang tidak terlalu dramatis.
Williams mengaku, dia tidak yakin mengapa ada penurunan konsentrasi aerosol yang lebih lemah di Amerika, tetapi dia berpendapat jika peningkatan konsentrasi aerosol di Amerika Selatan bagian utara dapat disebabkan oleh kebakaran.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Sejumlah Daerah Siaga Hujan Lebat 5-11 Juli 2024
Salah satu alasan peneliti ingin memahami petir adalah karena petir memengaruhi atmosfer.
Sambaran petir menghasilkan nitrogen oksida, yang berkontribusi terhadap polusi udara.
"Kimia atmosfer itu pasti dipengaruhi oleh aktivitas petir," papar Williams. [Tio]