Bahkan, pemerintah telah meminta warganya yang berada di luar negeri untuk mengirimkan uang ke dalam negeri demi memenuhi kebutuhan bahan pangan dan bahan bakar, setelah negara itu gagal membayar utang luar negeri senilai USD51 miliar (Rp 732 triliun).
Kini, cadangan devisa Sri Lanka telah habis dan tidak lagi bisa menopang kebutuhan rakyat, seperti makanan pokok, obat-obatan, dan bahan bakar.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
Untuk dokter di Sri Lanka mengatakan sudah banyak rumah sakit kehabisan obat-obatan dan persediaan penting karena krisis ekonomi negara itu memburuk.
Kondisi ini juga membuat berang sebagian masyarakat mengingat kebutuhan hidup sehari-hari tak lagi terjangkau.
Namun, pemerintah kembali menyalahkan pandemi Covid-19 yang mematikan sektor pariwisata.
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Tapi, sejumlah pakar menilai pemerintah salah kelola ekonomi. [Tio]